Dari tahun ke tahun kita penonton dari Indonesia selalu melihat negara lain yang mendapat tiket untuk berlaga di pertandingan piala dunia. Tak pernah Indonesia mendapat tiket. Tapi saya yakin suatu saat Indonesia akan dapat tiket dan menjadi juara dunia. Ilustrasi perjuangan berapa cerita ini bisa kita ambil pelajaran
Islandia negeri kecil dingin bersalju
Islandia mampu meningkatkan prestasinya pada Piala Dunia 2018 ini. Lihatlah bagaimana Islandia mampu menggiling tim bertabur bintang Inggris di perdelapan final Piala Eropa 2016 dengan skor 2-1. Di babak kualifikasi Euro, Belanda digiling sebanyak 2 kali dengan skor 2-0 dan 0-1. Apa yang telah dilakukan sehingga prestasi Islandia mulai menanjak? Ronaldo, Neymar, Messi dkk lah yang menguasai media.Â
Sementara pemain Islandia seperti Hanners Halldorsson, Gylfi Sigurdson dkk senyap di media. Mungkin publik ingatnya semua nama pemain Islandia berujung dengan SON. Hehehehe....Tapi di piala dunia 2018 Islandia menampakkan batang hidungnya. Mulai unjuk gigi. Lihatlah bagaimana Islandia mampu menahan Argentina 1-1 pada laga perdana grup D di Otkrytiye Arena.
Revolusi Sepakbola Islandia Menuju Perbaikan Diri
Islandia melakukan banyak perbaikan dan inovasi. Mereka melakukan revolusi menuju peningkatan prestasi. Iklim Islandia yang bisa sampai -10 derajat Celcius tidak mendukung untuk kompetisi sepakbola. Liga hanya bisa dilakukan dari bulan Juni sampai September setiap tahun. Untuk mengatasi masalah Federasi Sepakbola Islandia (KSI) membangun lapangan sepakbola indoor. Klub-klub sepakbola juga melakukannya.Â
Sehingga saat musim dingin, para pemain masih bisa berlatih di lapangan indoor. Islandia juga berusaha meningkatkan jumlah pelatih. Kini Islandia memiliki 520 pelatih berlisensi UEFA B dan 165 pelatih berlisensi UEFA A.Â
Klub asing sering memakai pemain Islandia karena berbiaya murah bahkan free transfer. Pemain-pemain sepakbola Islandia juga dikenal pekerja keras, ambisius dan pantang menyerah. Kalo yang terakhir ini saya teringat ucapan teman saya yang menyampaikan ucapan profesor Jepang yang mengatakan bahwa mahasiswa bimbingannya yang berasal dari Indonesia walopun tidak semua terlalu pintar, tapi rajin-rajin dan bersemangat untuk menyelesaikan kuliahnya.
Duo anak pengungsi Kosovo dan Albania
Granit Xhaka dan Shaqiri adalah anak pengungsi etnis Kosovar  Albania yang terpaksa mengungsi ke Swiss untuk menyelamatkan jiwa dari pembantaian etnis Serbia. Tapi di Piala Dunia Rusia 2018 mereka mampu menyetarakan kedudukan Swiss menjadi 1-1 melalui  tendangan gol kerjasama mereka. Mereka sukses, bahkan di saat pemegang kekuasaan yakni Rusia sebagai tuan rumah memihak Serbia (ini terlihat dari teriakan supporter Serbia dan Rusia yang saling berkoalisi dengan teriakan "Rusia Serbia".) Koalisi kekuasaan itu memang kuat, walaupun sering menang tapi bisa juga kalah.
Perbaikan Indonesia