Mohon tunggu...
Mimi Nurminah
Mimi Nurminah Mohon Tunggu... -

Dosen. Ibu rumah tangga.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kampanye Hitam Minyak Sawit Uni Eropa vs Hilirisasi

29 Juni 2018   05:47 Diperbarui: 29 Juni 2018   15:36 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekspor Minyak sawit Indonesia saat ini terancam mengalami penurunan secara drastis pada masa yang akan datang. Hal ini berhubungan dengan kampanye hitam dan larangan penggunaan biofuel berbasis minyak sawit mentah (CPO/Crude Palm Oil) pada 2030 oleh Uni Eropa.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang Januari-Mei 2018 ekspor CPO Indonesia turun hingga USD 1,25 milyar.  dibandingkan dengan kuartal yang sama pada 2017. 

Menteri Koordinator bidang kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan kelapa sawit Indonesia telah menjadi sasaran hoaks yang cukup mengemuka di dunia. Jika tidak diluruskan maka Indonesia akan terkena dampak negatifnya terutama dengan nasib 2,3 juta petani kecil dan 17, 5 juta pekerja di sektor sawit di Indonesia. 

Saya pernah meneliti kelapa sawit menjadi turunannya (produk hilir) yaitu diethanolamida yang merupakan sejenis surfaktan  (surface active agent/surfactant). Surfaktan ini merupakan bahan tambah yang banyak digunakan di dalam berbagai pembuatan produk pangan, farmasi, kosmetik dan pestisida. Bayangkan begitu banyaknya kegunaannya. Bahkan adanya surfaktan bisa mengangkat minyak bumi di dalam tanah. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Harga surfaktan sangat mahal. Setiap tahun Indonesia banyak mengimpor surfaktan untuk kebutuhan industri. Sebagai ilustrasi begitu pentingnya surfaktan, pernah teman S3 saya dari Lampung  menceritakan saat kunjungan lapangan ke suatu perusahaan asing  di daerah Pulau Jawa yang membuat sejenis surfaktan dengan bahan baku minyak kelapa. 

Saat ditanya-tanya oleh teman saya itu tentang cara pembuatan, jawaban dari fihak pabrik asing tersebut adalah : rahasia. Wajar karena harga surfaktan yang telah jadi akan meningkat sampai ratusan kali lipat dari harga bahan bakunya. Misalnya 1 ton CPO harga berkisar 687 dolar, surfaktan dari CPO harganya bisa menjadi puluhan sampai ratusan kali lipat atau menjadi lebih 10 ribu dolar harganya per ton.  Bayangkan jumlah keuntungan yang didapat sangat luar biasa. 

Jadi sebenarnya selain dengan kampanye dan edukasi untuk melawan kampanye hitam Eropa, kita juga bisa meningkatkan nilai tambah CPO dengan menggunakan teknologi sehingga dihasilkan produk hilirnya seperti surfaktan, biodiesel, margarin, shortening, dll. Untuk menghasilkan produk hilir ini dibutuhkan teknologi.

Teknologi ini membutuhkan riset dan penelitian yang membutuhkan biaya yang besar. Disini perlunya negara berfihak dengan menyediakan dana penelitian untuk penelitian di bidang kelapa sawit. 

Bicara penelitian, maka membutuhkan waktu, tidak bisa seperti makan cabe langsung pedas. Artinya sejak dini harus dibuat road map penelitian dan target yang ingin dicapai. Agar sebelum ada hujan masalah kita telah menyediakan payung penyelesaian masalah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun