Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perindu Malam

2 Juni 2016   22:27 Diperbarui: 2 Juni 2016   22:40 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam makin meninggi. Rintik embun mulai menetesi bumi yang gersang. Debu mulai beterbangan dihirup anjing hutan yang masih berkeliaran mencari mangsa. Dinikmati hngga rongga dada yang sesak oleh para wanita malam yang tersesat dijalanan. Bahkan debu mulai menempel di dedaunan yang mulai melayu.

Wanita itu masih menatap malam yang mulai memburam sinarnya ditelan asap sisa-sisa pembakaran oleh kaum imprerialisme. Keremangan cahaya rembulan harus berbalutkan asap pekat. Kerlap kerlip bintang dilangit tujuh pun harus melawan kegarangan asap. Sinarnya meredup.

Setiap malam, wanita itu menatap langit. Kepada langit yang biru berbalutkan kepekatan, dia bisa bercerita tentang hidupnya. Tentang kegelisahannya. Tentang kekeresahannya tanpa harus dijawab. Keheningan malam yang tak lagi membening setidaknya bisa menjawab semua kerinduannya tentang lelaki yang sering melintas di depan rumahnya.

" Siapa lelaki itu," tanyanya dalam hati setiap lelaki itu lewat depan rumahnya.

Wanita itu sungguh terkesan saat melihat lelaki itu melintas depan rumahnya. Tatapan matanya tajam. Senyumnya menawan. Kumis tipisnya menambah kerupawanan sebagai lelaki dewasa. Dan hanya klakson yang mensinyalkan sebuah tanda bahwa dirinya adalah lelaki terhormat dan tahu etika dan sopan santun walaupun tak ada kata yang terucap dari bibirnya.

Kehadiran lelaki dewasa itu bukan hanya menjadi bahan narasi para wanita di Kampung itu, namun menjadi magnet bagi wanita untuk berkenalaan dengan dirinya. Setidaknya ada harapan yang tersimpan dalam jiwa ketika tahu siapa sebenarnya lelaki dewasa itu. Setidaknya ada asa yang digantung dalam hidup walaupun mareka tidak memahami bahwa ruang itu telah terkunci. Dikunci rapat-rapat oleh lelaki dambaan mareka tanpa kata.

" Siapa sih lelaki yang sering lewat depan rumah kita ini," tanya para wanita Kampung saat sore menjelang senja.

" Nah, aku juga sedang mencari jawaban atas pertanyaanmu itu, sahabat," ujar salah seorang dari wanita itu.

" Tampaknya dia lelaki yang bertanggungjawab," sela yang lain.

" Dan aku yakin  dia seorang lelaki yang gagah dan perkasa," jawab wanita dalam gerombolan itu sambil ngakak yang ikuti koor ketawa para temannya yang lain. Suara tawa lepas mareka membela senja yang makin memerah. Sebuah tanda alam akan mulai bergulir gelap.

Lelaki itu menyadari bahwa dirinya menjadi perbincangan kaum hawa di Kampung tempatnya tinggal kini. Lelaki itu paham bahwa kehadirannya di Kampung ini  untuk sebuah perjalanan hidup yang panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun