Narasi Menteri BUMN Rini yang berniat menjual Kantor Kementrian BUMN sungguh narasi yang kontradiksi. Dibalik niat ingin berkantor di gedung yang sederhana, Rini sebagai Menteri BUMN belum memiliki produk kerja yang telah diperintahkan Presiden Jokowi.
Alangkah sejuk dan indahnya narasi Rini ketika sebagai Menteri BUMN beliau mempunyai platform yang kuat dan trengginas terhadap BUMN-BUMN yang berada dibawah naungan dan tanggungjawabnya untuk diurus dan ditata kelolakan sehingga BUMN itu mampu memproduk nilai tambah bagi bangsa dan negara serta kesejahteraan rakyat.
Ketika Menteri Susi menarasikan tentang penenggelaman kapal-kapal ikan asing yang mencuri sumber daya alam bangsa ini, Rini mestinya paham tentang kiblat BUMN PT. Timah yang kini mulai mengarah ke laut sebagai bagian dari ekploirasi.
Dan alangkah indahnya dan kerjanya ketika Rini memanggil Direksi PT. Timah untuk menata kembali soal ekploitasi mareka yang kini banyak dilaut dengan pesaing yang luarbiasa besarnya sebagaimana akibat dari UU Minerba dan otonomi daerah yang memberikan wewenang kepada para kepala daerah untuk memberikan Izin Usaha pertambangan (IUP).
Dan sebagai menteri BUMN harusnya Rini menata kembali soal produk lingkungan hidup dan reklamasi ala PT. Timah di laut untuk kepentingan biota laut dan para nelayan. Memperbanyak rumpon harusnya diinstruksikan Rini kepada Direksi PT. Timah sebagai bagian dari produk CSRnya.
Sayang Rini memang kurang memahami tugas dan wewenang yang diembannya sehingga diksi kerja, kerja dan kerja yang dinarasikan Jokowi gagal diemban dan diterjemahkannya dengan baik. Dan tampaknya sebagai Menteri kapasitas Rini yang tertolong berkat kapasitasnya sebagai ketua Tim Transisi ternyata hanya menyulitkan Jokowi.
Kalau sudah begini maka tampaknya usia Rini untuk berkantor sebagai Menteri BUMN dan Menteri tampaknya tak lama. Toh hanya Jokowi yang tahu karena yang memberi beban sebagai Menteri BUMN adalah Jokowi.Wallahualam. Salam Junjung Besaoh...(Rusmin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H