lelaki itu datang ke kampung kami. Aroma kesedihan mulai hadir menghiasi kehidupan Kampung yang damai dan tenteram. Menyusup dalam nurani para penghuninya. Siang dan malam. Menggerogoti rongga terdalam para warga. Menenggelamkan mareka ke dalam kesedihan pula. Para penduduk seolah-olah larut dalam kesedihan yang amat menyayat jiwa. Kesedihan yang amat menusuk kalbu. Kesedihan kini menjadi bagian dari para warga. Kesedihan harus mareka rasakan walaupun mareka sendiri belum pernah menikmati sesuatu yang bernama kesedihan.
Kesedihan itu baru hilang ketika lelaki itu menikmati nasi padang dengan lahapnya di warung milik Mbak Tri dipinggir Kampung. Lelaki itu amat menikmati setiap butir nasi padang dengan lauk rendang yang tersusun rapi di meja bersama lauk lainnya. Ada senyum bahagia yang terpancar dari wajahnya usai meninggalkan warung nasi padang yang amat kesohor itu.
Aroma kesedihan kali ini menjangkiti kehidupan warga di kecamatan. Tiap hari mareka dirundung kesedihan yang amat menyayat hati. Ditiap sudut jalanan kecamatan, kesedihan menjadi bahan pembicaraan. Disetiap pertemuan para warga kesedihan menjadi tema pembicaraan. Kesedihan sudah mengepung hidup para warga. Tak terkecuali tukang becak, ojek hingga petinggi Kecamatan. Mareka diserang syndrome kesedihan tanpa ampun.
" Siapa sih yang membawa kesedihan ke tempat tinggal kita ini," tanya seorang warga yang sudah merasa kesal dengan aroma kesedihan itu.
" Paling mareka yang sedih ditinggalkan istri tercinta," jawab warga yang lain.
" Heran. kesedihan kok tak pernah habisnya,' sambung yang lain.
" Tukang becak di sudut Kantor Kecamatan saja nggak pernah bersedih. Padahal hidupnya amat menyedihkan," sergah seorang warga.
Warga akhirnya datang ke rumah Pak Camat. Mareka kesal dan ingin mengadu kegelisahan warga yang terus menerus dirundung kesedihan yang datangnya tak jelas. Kesedihan seolah menjadi virus menular baru yang amat menakutkan. Padahal mareka sendiri sebagai warga kecamatan tak pernah bersedih walaupun hidup mareka sangat menyedihkan sekali. Pak Camat ternyata sudah mendengar berita tentang kesedihan yang melanda warganya. Pemimpin Kecamatan ini amat tenang dalam menanggapi keluhan warganya. Tak ada rasa kesal di raut wajah. Tak ada sama sekali. Yang terlihat di raut wajah flamboyannya hanyalah seutas senyuman yang terus diumbarnya di hadapan warga yang datang mengadu kepadanya.
" Nanti akan saya perintahkan staff saya untuk mengurusnya. Bapak-bapak tenang saja. Insya Allah akan teratasi," ungkap Pak Camat dengan nada penuh optimis.
" Kami minta kesedihan itu segera enyah dari Kecamatan kita Pak Camat. Jangan sampai kesedihan menjadi virus yang menjelma menjadi epidemi bagi warga kita," ujar Warga sembari meninggalkan kediaman Pak Camat.
Kesedihan tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Dan kesedihan memang menghilang di kecamatan usai lelaki itu menikmati hidangan soto di warung terkenal di Kecamatan. lelaki itu amat lahap menghirup kuah soto ayam milik Mbok Darmi yang memang amat terkenal di Kecamatan. Hanya kalangan tertentu saja yang bisa menikmati soto di warung yang harganya melangit. lelaki itu tampaknya amat menikmati setiap asupan soto yang masuk ke dalam perutnya. Nikmatnya sangat terasa hingga ke ubun-ubun penikmatnya.Â