Sejak digelar tahun 2005 silam,ajang pencarian bakat Kontes Dangdut Indonesia (KDI) yang diprakarsai salah satu media televisi nasional adalah ajang yang amat dinantikan dan dirindui. Ajang kontes pencarian bakat untuk melahirkan musisi dan penyanyi dangdut ini sungguh semarak dan menggempita. Dengan blow-up publikasi yang menggigit dan komunikaif, KDI menjadi magnit tersendiri bagi para talenta dangdut diseluruh nusantara untuk berlomba-lomba tampil dan mencari peruntungan diajang kompetisi musik dangdut bergengsi di tanah air ini.
Pada sisi lain, gemerlap publikasi dan rutinitas penanyangan selama kompetisi berlangsung menjadi daya tarik dan daya magnit tersendiri bagi para newcomer dangdut untuk tampil di perhelatan msik dangdut yang kompetisinya disiarkan secara live. Sekaligus sebagai wadah dan wahana untuk mengeskalasi diri dalam gemerlapnya panggung dangdut tanah air yang makin mempesona.
Memasuki tahun ke-7 ini, greget kompetisi KDI makin berdaya tarik. Dengan dukungan dan support dari para pedangdut senior diantaranya Elvy Sukaesi, Ikke Nurjana, Jaja Miharja dan Bertha sebagai juri makin menambah kwalitas perhelatan dangdut itu. Sebelumnya para juri KDI selalu diisi oleh musisi yang berkwalitas diantaranya vokalis krakatau trie Utami dan drummer mercys sekaligus pemilik Tarantula Reynold Panggabean.
Pada sisi lain kita perlu mengingat kembali tentang reputasi para alumni KDI yang jumlah sudah mencapai angka puluhan orang. Dimana mareka kini berdangdut ria? Masihkah mareka berdiri tegar dipanggung musik dangdut tanah air?Apakah para alumnus KDI masih tetap tegar dalam mengarungi belantara musik dangdut yang makin kompetitif ini?
Dari berbagai data dan tayangan yang kita lihat dan amati, tampaknya alumni KDI yang masih eksis dalam belantika musik dangdut nasional masih dalam hitungan jari. Yang sering wirawiri di stasiun televisi hanya Nassar dan Selvi yang masih eksis. Alumni yang lain tak nampak. Padahal secara kwalitas dan tehnik musikalisasi, alumni KDI tak perlu diragukan lagi kemampuannya sebagai penyanyi dan siap berkompetisi dengan kwalitas yang mareka miliki.
Demikian pula saat kita melihat produk rekaman kaset,cd dan vcd, alumni KDI kalah pamor dengan pendatang baru dimusik dangdut seperti Saskia Gotik atau Ayu Tingting yang hampir tiap tahun selalu meluncurkan album baru. Demikian pula dengan kwalitas penampilan mareka di media elektronik, kedua pedangdut bukan alumni KDI itu sangat intens.
Dinamika perjalanan musik dangdut yang berlengganglenggok bagaikan cencok dangdut itu sendiri tampaknya memang tak diantisipasi oleh penyelnggara kontes KDI. Padahal lewat kompetisi para alumni bukan hanya mampu berkompetisi dalam sebuah kompetisi, namun seharusnya mampu berkompetisi dalam pasar musik yang hakiki, yakni pasar industri rekaman.
lewat pasar industri rekaman yang sesungguhnya inilah kwalitas seorang penyanyi diuji, apakah seorang penyanyi mampu diterima masyarakat atau tidak. Bagaimana mungkin kwalitas seorang penyanyi dangdut dapat dikatakan berkwalitas kalau pasar tak akomodatif terhadap kehadiran mareka. Tingkat elektabilitas yang tinggi dari pasarlah yang membuat pedangdut-pedangdut senior antara lain Rhoma Irama, Elvy Sukaesi, Rita Sugiarto,Ikke Nurjana dan sederet nama beken lainnya mampu eksis hingga menembus media televisi dan industri rekaman hingga kini.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan alumni yang dilahirkan KDI. Selama kompetisi mareka eksis dan dipuja puji masyarakat. Kehadiran mareka dipanggung kompetisi KDI ditunggui-tunggu. Dukungan lewat SMS pun mengalir dari masyarakat.Usai kompetisi nama mareka hilang bak ditelan bumi. Entah kemana. Dipasar rekaman pun eksistensi mareka amat jarang. Kalah pamor dengan sederet penyanyi dangdut yang secara tehnik okal dan musikalisasi amat minim namun berparas jelita dan berdaya tarik secara komersial.
Tampaknya ada PR yang harus dipikirkan kembali oleh para thinthank kontes KDI kedepannya dalam upaya meningkatkan daya akomodatif yang tinggi terhadap para alumni KDI yang secara kwalitas amat mumpuni dan bersuara prima ini. Terutama dalam merebut pasar musik dangdut dan rekaman yang memang amat kompetitif dan berlengganglenggok bak cengkok dangdut itu sendiri.
Adalah sangat disayangkan ketika kwalitas mumpuni para alumnus KDI hanya meriah saat kompetisi di televisi saja tanpa mampu merespon pasar yang sebenarnya. Bagaimanapun juga keberhasilan seorang penyanyi dan musikus bukan hanya diukur dari kemampuannya menjuarai ajang kompetisi semata, namun mampu berkompetisi merebut pasar musik lewat media rekaman. Dan ini yang dilakukan para alumni festival macam Harvey Malayholo, Rafika Duri, Garce Simon, Elfas Singer. Bukan hanya macan di panggung kompetisi,namun juga mampu menjadi macan dalam rekaman dan merebut pasar musik. joget yo....(Rusmin)