Perilaku dua Menteri Jokowi, Susi dan Hanif merokok dalam komplek istana negara menjadi trending topik. perilaku yang tak normal dikalangan penghuni Istana tentunya adalah sesuatu yang amat baru dan terbarukan.
Bagi Jokowi, soal kebiasaan merokok para menterinya bukanlah faktor yang harus membuat keduanya ditegur. Karena bagi Jokowi kinerja lebih penting dan kardinal ketimbang kebiasaan merokok. Bukankah dengan merokoknya kedua Menteri pilihan Jokowi yang bersih dan benar-benar pilihan itu akan menambah cukai dan pendapatan negara.
Ditengah tuntutan rakyat yang demikian besar terhadap Presiden ketujuh ini dalam mensejahterakan rakyat, Jokowi tentunya harus berusaha semaksimal mungkin menjawab harapan dan ekpectasi rakyat dengan kerja dan kerja keras. Toh rakyat tak pernah meminta Jokowi untuk tidak mencari Menteri yang merokok dan perokok. Yang dibutuhkan rakyat adalah Menteri yang bersih dari korupsi dan siap bekerja keras.
Adalah percuma kalau menempatkan menteri anti merokok namun tidak bersih dari asap korupsi. Susi adalah pekerja keras dan siap bekerja untuk membantu Jokowi mengimplementasikan visi misi di bidang perikanan dan kelautan.
Dan siapa tahu dengan asap rokok banyak ide dan gagasan yang dilahirkan Susi dalam mengerjaan amanahnya sebagai menteri. Apalagi kita tahu beban berat dipikul Jokowi dan kabinetnya. Dan siapa tahu dalam blusukan ke daerah-daerah pesisir, Susi bisa membahagiakan para nelayan dengan memberi mareka rokok yang tentunya akan membahagiakan para nelayan karena bisa menghisap rokok Ibu menteri.
Pada sisi lain rekam jejak Susi yang memulai karirnya dari nol sebagai pengusaha besar hingga melahirkan Susi Air memfaktakan bahwa dari rokoklah ide, gagasan dan kerja keras Susi bermulai. Dan itu telah dibuktikan Susi dalam perjalanannya sebagai pengusaha berkaliber internasional.
Demikian pula dengan Hanif sebagai Menteri tenaga kerja. Siapa tahu dalam menghadapi demo para buruh, rokok Hanif bisa membuat suasana demo menjadi teduh dan bisa melahirkan ide dan gagasan yang hebat dari sebatang rokok yang diberikan Menteri dalam perundingan.
Jokowi percaya dan yakin dengan kemampuan dan kepiawaian Susi dalam membangun sektor kelautan dan perikanan untuk membantu nelayan miskin. Dan bagi Jokowi yang penting Susi mampu bekerja dan bekerja. Soal etika dan tata krama nomor dua. Karena rakyat hanya menginginkan Jokowi mampu mensejahterakan mareka sebagai saat mareka melahirkan Jokowi sebagai Presiden.
Harapan dan asa yang tinggi dari rakyat membuat Jokowi harus mampu membalas budi baik rakyat dengan memproduk kerja untuk rakyat. Soal ada Menterinya yang merokok dan melanggar tata kerama serta etika bukanlah persoalan kardinal (utama). Toh itu tak ada dalam tuntutan rakyat.
Bukankah yang diharapkan rakyat terhadap Jokowi adalah kesejahteraan? Jadi jangan tanyakan soal etika dan tata krama para Menteri. Yang penting mareka para Menteri Jokowi mampu bekerja keras dan memproduk harapan rakyat. Hidup Jokowi. Bravo Susi dan Hanif. Selamat datang asap rokok di istana negara...(Rusmin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H