Negeri hebat ini diledukkan oleh kompor politik lewat media. Duania jagad politik negeri ini panas bak api yang dikeluarkan dari kompor yang sangat panas. Peledukan oleh media mengaromakan nama bangsawan pikiran bangsa dari daerah Jokowi.
Nama Jokowi meledakkan peta perpolitikan tanah air. Para elite politik negeri ini yang banyak berdiam di Jakarta, mulai ketar ketir ketika media tanpa ampun memblow up style khasnya " blusukan " yang secara hakiki bukanlah gaya baru bagi para petinggi di daerah. Banyak petinggi daerah yang sudah biasa mengaksikan blusukan namun tak tercover oleh media yang memang banyak tumbuh di Jakarta.
Nama Jokowi makin berkibar dilangit nan biru ketika Parpol PDI-P dan Gerinda menduetkannya dengan bangsawan pikiran asal bangka Belitung Basuki Purnama atau Ahok. Keduanya dianggap mampu membereskan dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di Ibukota negara ini. Dan memartabatkan warga Jakarta.
Baru seumur jagung memimpin Jakarta, nama Jokowi meroket ketika ditunjuk PDI-P sebagai kandidat Pressiden. Bersama dengan partai pengusung lainnya Jokowi diduetkan dengan Jusuf Kalla. Dan selagi lagi media kembali memblow up duet maut ini. Prestasi Jokowi saat memimpin Jakarta seolah-olah diasumsikan media sebagai kesuksesan besar bagi seorang Jokowi.
Harapan dan asa yang digantungkan rakyat sebagaimana yang diaspirasikan media lewat pemberitaan mareka kini hanya jadi bahan perbincangan rakyat tentang kiprah Jokowi yang hakiki sebagai pemimpin bangsa, bagaimana sosok sejati Jokowi sebagai pemimpin bangsa.
Media negeri ini seakan memaksakan sosok Jokowi untuk memimpin negeri ini mengingat gaya blusukan Jokowi dianggap sebagai produk baru dari seorang pemimpin yang selama ini jarang ditemui media Jakarta dalam diri sosok seorang pemimpin di Jakarta khususnya.
Kini media dan pengelolanya mulai paham bagaimana sebenarnya sosok Jokowi yang utuh saat negeri ini ditimpa berbagai problem besar yang harus disolusikan dengan baik dan benar untuk kepentingan rakyat dan bangsa ini.
Adanya gesekan antar dua institusi penegak hukum KPK dan Polri menjadi cermin besar dan gambaran nyata bagi semua elemen bangsa ini termasuk media dalam memotret sosok Jokowi yang hakiki.
Dan apapun yang telah diberikan dan dikerjakan Jokowi selama 100 hari ini semestinya menjadi pelajaran besar bagi media untuk kembali merevitalisasi fungsi media sebagai bagian dari elemen pencerdasan bangsa dengan menjadikan fakta dan realita sebagai panglima dalam memblow up sosok pemimpin bangsa.
Bagaiamana pun juga 100 hari memang bukan parameter yang tepat dan akurat dalam mengukur kerja Jokowi sebagai Presiden. Tapi setidaknya 100 hari pertama kita semua sebagai elemen bangsa mulai bisa menilai prestasi Jokowi dalam menakhodai perahu bangsa yang besar dan hebat ini. Salam Junjung Besaoh..,(Rusmin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H