Kondisi Wisma Samudera Toboali saat ini
Saat ditawan Belanda di Mentok sekitar tahun 1948, Bung Karno menyempatkan waktu untuk mengunjungi Toboali yang saat itu berstatus sebagai kewedanaan. Dengan menempuh jarak sekitar 300 Km dan menempuh perjalanan tak kurang dari 6 jam perjalanan, akhirnya Bung Karno tiba di Toboali, bangka Selatan.
Di Toboali, Bung Karno disambut oleh masyarakat Toboali dan sekitar di halaman Wisma Samudera yang saat itu merupakan pusat pemerintahan kewedanaan bangka Selatan.
Ditemani Mr. Agus Salim, Mr. Leimina dan Mr. Suryadarma, Bung Karno dihalaman Wisma Samudera membakar semangat perjuangan masyarakat Toboali dengan retorikanya yang amat terkenal dan mampu mengeskalasi naluri dan jiwa kebangsaan rakyat.
56 tahun sudah Bung Karno meninggalkan jejaknya di halaman Wisma samudera Toboali. Wisma samudera tetap sebagai asey sejarah yang terbengkalai dan terbiarkan sebagiaman aset sejarah lainnya yang bertebaran di negeri ini. Padahal Bung Karno selalu mengingatkan kita sebagai warga bangsa untuk jangan melupakan sejarah.
Sebagai aset sejarah Wisma Samudera Toboali bukan hanya sebagai bagian dari bangunan sejarah semata namun Wisma samudera adalah saksi dari perjalanan sejarah bangsa ini, khususnya bagi daerah Toboali dan sekitar.
bagi masyarakat Toboali dan sekitar Wisma samudera adalah simbol pemerintahan. saat di era penjajahan, wisma samudera adalah pusat pemerinatahn Belanda di Toboali. disaat kemerdekaan Wisma samudera adalah pusat pemerintahan untuk wilayah kewedanaan bangka selatan.
berbagai pusat pemerintahan dan segala kegiatannya dilaksanakan dari deung yang mirip dengan geduang Joeang 45 Menteng jakarta ini. Sebelum kabupaten bangka selatan terbentuk pusat pemerintahan dipusatkan di gedung tua ini.
Dan yang amat memperihatinkan kita sebagai bangsa adalah gedung ini selama hampir belasan tahun dijadikan sebagai pusat penangkaran burung walet oleh pengusaha loka Toboali yang mendapat rekomendasi dari Bupati Bangka Bustan Khalik (sebelum Toboali dimekarkan menjadi kabupaten pemekaran)