Usai Kakek pensiun sebagai birokrat, Nyai membuka usaha warung makan. Rumah Nyai yang strategis karena berdekatan dengan perkantoran membuat warung Nyai ramai pelanggan.Â
Setiap hari Nyai dengan dibantu beberapa saudaranya sibuk dengan warungnya.Â
Dan setiap hari pula, kami para cucunya selalu mendapatkan pasokan makanan dari Nyai. Terutama aku yang merupakan cucu pertama beliau.
" Kamu mampir diwarung Nyai dulu, sebelum ke sekolah. Kamu sarapan dulu," ujar Nyai kepadaku.
Perhatian dan kasih sayang yang  Nyai berikan kepada para cucunya sungguh-sungguh sangat luarbiasa. Aku dan para cucunya sangat merasakan kasih sayang Nyai.Â
Walaupun kadangkala sikap Nyai protektif. Terutama dalam soal jodoh buat cucunya.
"Kamu itu kalau mencari jodoh jangan sembarangan. Pilih wanita yang mau berkorban untukmu," nasehat Nyai.
Demikian pula sat kami akan menghadapi ujian akhir sekolah Nyai selalu meminta kami untuk menemuinya. Dan Nyai selalu berpesan kepada kami untuk selalu belajar dan belajar.
" Kamu harus jadi orang pintar. Orang pintar sangat dihormati orang. Lihat kakekmu," ujarnya sembari memuji sang suami.
Aku pernah kesal dengan Nyai karena saat masih SMA, Nyai pernah menolak untuk bersalaman dengan gadis pujaan ku karena adanya desas desus Ibu gadis pujaan aku itu seorang janda.
" Apa alasan Nyai tidak mau bersalaman dengan cewek ku? Apa salah dia terhadap Nyai,"protesku
" Kamu itu kalau cari jodoh liat dulu latar belakang keluarganya," ujar Nyai pendek.