Cerpen : Di Malam Jahanam, Sang Koruptor itu Mati
Malam makin mengbangkrut. Dikejauhan malam, terdengar dua belas kali letupan senapan. Mengagetkan burung-burung liar yang sedang tertidur di ranting pohon tua.Â
Dan lelaki tua itu pun langsung terkulai di hadapan regu tembak. Para petugas kesehatan segera mendekat. Memeriksa denyut jantungnya. Rohaniawan pun mendekat. Senandungkan ayat-ayat suci yang sakral. Jagad berduka. Semesta menghitam. Cakrawala senyap. Angin pun enggan berdesis. Temaramnya sinar rembulan  menjadi saksi bisu malam jahanam itu.
Narasi religius Innalillahi Wainnalillahi Rojiun yang dilafazkan rohaniawan menyusup di kalbu paling hakiki. Lafaznya menggetarkan alam semesta. Mensayukan sinar rembulan. Bintang pun enggan bersinar. Alam raya terdiam sejenak.
Suara sirene ambulan menembus jalanan malam yang makin sepi ditinggalkan penghuninya yang mulai bermimpi. Bermimpi tentang kehidupan. Bermimpi tentang kekuasaan. Dan bermimpi tentang dunia dengan segala centang perentangnya yang masih ingin mareka taklukkan dengan sejuta akal bulusnya.
Lelaki tua yang membisiu dalam keheningan di peti mati itu tak akan pernah menyangka, ajalnya akan dicabut malam ini oleh para penembak jitu. Impiannya tentang kekuasaan baru saja akan dimulai. Dan mimpinya tentang martabat diri mulai dikibarkannya lewat perantara media.
" Saya akan ajukan banding. Mareka telah menzolimi saya dan keluarga saya dengan hukuman mati ini. Saya akan melawan karena saya merasa tak bersalah. Saya akan melawan. Ratusan pengacara akan saya siapkan untuk melawan ketidakadilan ini," teriaknya didepan para awak media yang mewawancarainya sebelum hukuman mati itu dilaksanakan.
Kegagahan narasinya didepan media tak membuat para aparat penegak hukum bergeming. Hukuman mati adalah hukuman yang pantas dihadiahkan kepada penggiat aksi purba korupsi yang telah memiskin rakyat dan meruntuhkan negara dan bangsa ini. Apalagi korupsi telah dinyatakan sebagai musuh besar bangsa ini.Â
Dan narasinya hanya tinggal sebagai sebuah narasi saja. resonansi hanya gagah sebentar saja. Lantas lenyap ditelan gelombang besar perlawanan dari rakyat yang sudah bosan ditipu para penggarong uang rakyat.
Dan lelaki tua yang pernah berkuasa itu tak pernah menyangka, pemberitaan media yang  begitu gencar membuatnya harus dicabut ajalnya malam ini. Padahal dirinya telah membantahnya lewat para pengacara top yang disewanya untuk membebaskannya dari tudingan sebagai koruptor. Namun tak mempan. Tak ada hasilnya.
Pemberitaan media yang sungguh gencar telah membuat keluarga dan sanak saudaranya tak pernah menjenguknya saat di hotel prodeo.Â