Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kelakar Matasan

17 April 2021   03:25 Diperbarui: 17 April 2021   03:29 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Ketika Mamang yang menjadi Ketua Klub Voley kampung Kita ini, tak pernah tak kalah. Juara terus. Tak satu pun Klub Bola Volley di daerah ini yang mampu melawan Klub Bola Volley kampung Kita. Semua itu karena mamang menyediakan semua fasilitas dari mulai nett hingga bola. Pemain tinggal berlath dan berlatih," jelasnya. Lagi-lagi semua mata pengunjung warung kopi menatap ke arah Matasan.

Warga Kampung kami yang sedang bersantai sembari  menikmati kopi di warung itu, terdiam mendengar penjelasan Matasan.  Suasana di Warung kopi tiba-tiba hening. Tak ada suara.  Memang dulunya, Kampung Kami dikenal sebagai Kampung yang memiliki banyak bibit unggul dalam dunia olahraga. Khususnya Bola Volley. Tak heran bila Kampung Kami menjadi langganan  juara Volley tingkat Kecamatan.

Malam itu selepas sholat Isya, Matasan sudah nongol di warung Kopi Kampung Kami. Tapi kali ini Matasan sendirian. Tak ada teman ngobrolnya. 

Hanya cahaya purnama yang indah yang menemaninya ngopi malam ini. Para warga kampung kami, semuanya berkumpul di Balai Desa. Mereka diundang Timses salah satu  pasangan Calon Bupati untuk menghadiri pertemuan.

" Mamang tidak diundang?," tanya Mpok Inem, sang pemilik warung.

" Calon Bupatinya telah mendatangi saya pagi tadi. Bahkan beliau telah menitipkan sesuatu kepada saya," jawab Matasan ringan.

Mendengar jawaban Matasan, Mpok Inem terdiam. Mulutnya terkunci sangat rapat.  

Usai sholat subuh, warga kampung diheboh kabar yang kurang baik. Lewat corong pengeras suara Masjid, pengurus masjid mengabarkan bahwa Matasan, warga kampung Kami telah meninggal dunia. tentu saja berita duka ini menjadi obrolan para warga kampung Kami yang sedang menikmati kopi di warung kopi Mpok Inem.

" Benar berita kematian Matasan, " tanya seorang warga kampung Kami kepada orang-orang yang sedang menikmati indahnya pagi dengan menghirup segelas kopi.

" Infonya demikian," jawab seorang warga.

" Memang beliau mengidap penyakit apa? Rasa-rasanya beliau sehat," ujar seorang warga kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun