Cerpen : Dan Lelaki Itu pun Bersujud
Sore itu hujan mengguyur Kampung begitu derasnya. Lelaki setengah baya itu masih dengan langkah tenangnya mengitari jalanan kampung yang belum teraspal. Menyisir jalanan denganlangkah yang gontai. Beberapa orang yang melihatnya, tak ada seorang pun yang menawarkan kebaikan untuknya. Sekedar untuk meminjami payung. Tak ada sama sekali. Mereka hanya melihat lelaki setengah baya itu berjalan dibawah siraman guyuran hujan yang deras.
Hujan ternyata terus mengguyur dengan semakin derasnya. Lelaki setengah baya itu nampak menggigil. Angin yang disertai hujan lebat itu perlahan telah mengguyur tubuhnya.Petir menyambar-nyambar dengan sangat liarnya. Tapi tak sedikitpun membuat nyali lelaki setengah baya itu takut. Ia masih memutar menapaki jalan-jalan kampung. Dari mulutnya terdengar desis suara.
Hujan mulai terlihat reda. Sore berjingkrak dengan lambat melambaikan nyalanya untuk meninggalkan terang yang telah malas karena terlalu lama diguyur hujan. Lelaki setengah baya itu tampak masih menggigil. Giginya menggigit-gigit berulang kali dengan begitu disiplinnya tanpa jeda. Tubuhnya gemetar. Kakinya terjinjit menapak di atas jalan Kampung yang berair dan tanah yang becek. Bibirnya nampak pucat. Langkahnya perlahan semakin pelan. Semakin lambat, nampak ia menahan lapar yang memnggedor-gedor perutnya. Suasana Kampung terasa sepi. Sepi sekali Orang-orang sepertinya tidur lelap dengan selimutnya di rumahnya masing-masing.
Lelaki setengah baya itu masih terus menapaki jalan-jalan kampung. Ada gejolak dalam jiwanya. Dia masih terus berjalan dan berjalan dengan balutan tubuhnya yang menggigil. Selagi kampung terasa sepi. Selagi dijalanan tak ada orang sama sekali. Selagi orang-orang sedang tidur lelap dengan selimutnya masing-masing. Selagi orang-orang belum bepergian keluar rumah.
Langkah kaki lelaki itu tiba-tiba terhenti. Sebuah masjid ada di hadapannya. Ia masuk menuju serambinya. Melihat-lihat. Termasuk memegang dan mengelus lantai keramik yang mengkilap bersih hingga menyentuh-nyentuh bedug yang ternyata menunggu dibunyikan untuk menyambut salat Magrib yang ternyata lupa dibunyikan dikarenakan orang-orang masih terlelap dalam tidurnya. Dikarenakan dinginnya udara sehingga mereka enggan untuk datang ke masjid.
Lelaki setengah baya itu menuju tempat wudhu. Ia berkumur, membasuh wajahnya. Lalu setelah itu, lelaki setengah baya itu membasuh kedua tangannya, kening yang menyapa beberapa helai rambutnya, kemudian berlanjut membasuh kedua telinga dan kedua kakinya.
Lelaki setengah baya itu menunaikan salat. Mulutnya fasih dengan komat-kamit yang meyakinkan dari gerakan bibirnya. Sesampainya dalam sujud, ia nampak terhenti lama. Sangat lama,hingga beranjak pada hitungan jam. Lelaki setengah baya masih tetap terdiam dalam sujudnya. Tenang dan benar-benar terhenti dalam segala geraknya.
Beberapa warga Kampung yang mulai berdatangan ke masjid untuk melaksanakan sholat isya kaget setengah mati saat masuk ke masjid. Mereka melihat seorang sedang bersujud. Dan saat dibangunkan, lelaki setengah baya itu langsung roboh dilantai masjid.
Suara religius terdengar dari bibir para jemaah.
" Innalillahi Wainnalillahi Rojiun. Beliau telah wafat," ujar seorang jemaah masjid.