Cerpen : Penikmat Narasi PalsuÂ
Siang itu, suasana di ruangan kerja Pak Kades terasa panas. Air condition yang ada di ruangan kerja pimpinan Desa Babak Belur itu tak mampu mendinginkan jiwa mereka. Gelora api membakar nurani.Â
" Bapak harus segera menonaktifkan Kadus Selatan karena beliau ingin mencalonkan diri dan akan menjadi saingan Pak Kades dalam Pilkades nanti. Ini saran saya sebagai anggota BPD. Dan jangan salahkan saya kalau saran ini tidak Bapak realisasikan. Saya cuma menyampaikan pendapat berdasarkan perhitungan saya sebagai wakil rakyat," saran anggota BPD Desa Babak Belur dalam pertemuan empat mata dengan Pak Kades. Pak Kades terdiam. Nafasnya turun naik. Degup jantungnya bergerak tak beraturan. Emosi mengendalikan nuraninya.
" Saya sudah tahu itu. Saya sudah mendengar berita bahwa pak Kadus Selatan akan ikut dalam Pilkades nanti. Â Dan saya telah perintahkan Pak Kasie untuk menyelesaikannya secara adat," jawab Pak Kades. Wajahnya tak menampakan kebahagian. Sementara wajah anggota BPD terlihat sangat bahagia. Kebahagian mumuncrat dari wajahnya mendengar jawaban Pak Kades.
" Rasain lo Pak Kadus. Belum tahu dia siapa gua," desisnya dalam hati sembari meninggalkan ruang kerja Pak Kades. Dan meninggalkan Pak Kades sendirian dalam ruang kerja yang kini berlumuran kegalauan.
Penghentian jabatan Kadus Selatan menimbulkan polemik di masyarakat. Masyarakat mulai mengunjingkan pemberhentian Pak Kadus karena dianggap melanggar aturan yang berlaku.
" Pak Kades ini memang nggak paham dengan undang-undang dan peraturan. Masa memberhetikan Kadus tanpa alasan," ujar Roy.
" Kita  harus melawan Pak Kades. Kita harus melawan," ajak Tea.
" Kita harus melawan tindakan tirani  dan arogan ini. Ini bentuk kesewenang-wenangan seorang pemimpin kepada bawahannya," sambung yang lain.
" Sangat setuju sekali. Pak Kades ingin merusak martabat Desa kita yang harmoni ini untuk kepentingan politiknya dalam Pilkades bulan depan," celetuk warga lainnya.
Pak Kades kaget setengah mati saat melihat perlawanan yang diberikan masyarakat Dusun Selatan. Dirinya sama sekali tak menyangka bahwa perlawanan akan diberikan rakyat. Apalagi yang memberikan saran tentang perbehentian Kadus ini adalah anggota BPD dari Dusun Selatan sendiri.
" Kok bisa seperti ini skenarionya," tanya Pak Kades kepada beberapa orang staffnya.
" Kami bekerja berdasarkan perintah bapak sebagai pimpinan. Kami tidk mengada-ngada pak," jawab staff Pak Kades.
" Iya. Tapi kalian kan harus memberi telaah staff biar saya tak salah dalam mengambil kebijakan," sambung Pak Kades.
" Sudah kami berikan Pak. Tapi bapak kan percaya dengan narasi anggota BPD," jawab staff Desa. Pak Kades terdiam seribu bahasa. Matanya menerawang. Menatap atap-atap langit ruang kerjanya.
Pak Kades masih ingat pertemuannya dengan Kadus Selatan beberpa waktu lalu. Pak Kades sengaja mengundang Pak Kadus untuk ke rumahnya. Sinar rembulan yang indah menambah kemesraan pertemua dua tokoh Desa itu. Dengan ditemani kopi dan ubi goreng keduanya berbicara banyak soal pembangunan Desa. Tak terkecuali soal Pilkades. Dan pada pertemuan  itu Pak Kades menyatakan tentang keinginannya maju kembali sebagai Kades dalam pesta demokrasi Desa bulan depan.
" Saya harap Pak Kades harus maju untuk melanjutkan program pembangunan Desa yang belum tuntas," jawab Pak Kadus Selatan.
" Kalau Pak Kadus ada niat untuk maju sebagai Kades," tanya Pak Kades.
" Insya Allah nggak ada pak. Usia saya sudah tua. Sudah manula kata anak-anak muda sekarang. Sudah telmi. Telat mikir. Ha..ha..ha," jawab Pak Kadus sambil tertawa diringin dengan derai tawa Pak Kades. Malam makin merenta. Keduanya pun mengakhiri pertemuan malam itu dengan kegembiraan.
Pagi itu di kantor Desa kegemparan terjadi. Berita tentang pemberhentian Pak Kadus dimuat di koran lokal. Ada pernyataan Pak Bupati yang menyalahkan Pak Kades soal pemberhentian  Pak Kadus Selatan.
" Perbehentian Pa Kadus Selatan tidak sah dan menyalahi peraturan yang berlaku. Saya akan perintahkan Inspektorat daerah untuk memeriksa Pak Kades. Sebagai pemimpin beliau tidak bisa bertindak sewenang-wenang tanpa menggunakan aturan yang berlaku. Dan negeri ini bukan negeri nenek moyangnya Kades sehingga bisa bertindak semau dia ," ujar Pak Bupati dalam berita di media.
" Pada sisi lain, saya minta kepada masyarakat Dusun Selatan untuk tenang dan menjaga kondisi yang kondusif ini. Soal Kades serahkan kepada aparat yang berwenang," lanjut Pak Bupati dalam berita itu.
" Dan saya berharap Kades Babak Belur segera mencabut surat perbenhentian Kadus Selatan hari ini juga," lanjut Pak Bupati lewat media.
Membaca berita itu Pak Kades mulai ketar ketir. Ada penyesalan dalam jiwanya. namun nasi sudah jadi bubur. Dirinya tetap akan menjaga wibawa sebagai pimpinan Desa.
" Apapun resikonya saya tidak akan mencabut surat perbenhentian Kadus Selatan " ujar Pak Kades kepada Sekdes.
" Iya Pak. Bagaimana kalau kita menyalahkan Pak Kasie Kepegawaian? Kan beliau yang membuat surat perberhentian Kadus Selatan," saran pak Sekdes.
Keduanya sepakat untuk menjadikan Kasie Kepegawaian Desa sebagai dalang semua itu. Namun kembali skenario itu mentah mengingat Pak Kasie membantah pernyataan pak Kades dan Sekdes.
" Ini perlu saya luruskan bahwa ada surat dari Pak Kades agar dibuatkan surat peberhentian Pak Kadus Selatan dari jabatannya. Dan ini suratnya," ujar Pak Kasie kepada perwakilan masyarakat yang menemuinya.
" Jadi? tanya warga masyarakat.
" Dan ini SK peberhentian Pak Kadus yang ditandatangani Pak Kades. Dan tidak ada paraf dan disposisi siapa pun. Termasuk saya," lanjut pak Kasie.
Belang Pak Kades makin terbuka lebar ketika Ketua BPD Desa Babak Belur menyatakan bahwa ide perbenhentian PakKkadus Selatan adalah ide dari pak Kades sendiri.
" Pak Kades lah yang berinisiatif untuk memecat pak Kadus. Saya tahu persis skenarionya. Dan beliau jangan menyalahkan siapapun. Beliau harus bertanggungjawab secara hukum dan moral. kami akan minta keterangan beliau dalam rapat nantinya," ujar Pak Ketua BPD kepada perwakilan masyarakat.
" Apa beliau takut ada rival yang kuat dalam Pilkades nanti," tanya para warga.
" Bisa jadi. Sayang beliau mendapat bisikan dari orang yang salah. Dari orang yang hanya mementingkan dirinya pribadi ," jawab Pak Ketua BPD.
Pak Kades hanya termenung seorang diri di ruangan kerjanya. Sepi mulai menghantui dirinya. Tak ada lagi teman. Tak ada lagi sahabat. Para staff Desa mulai meninggalkannya. Mereka mulai tak percaya dengan kepemimpinan Pak Kades yang mareka asumsikan sangat arogan dan tidak paham dengan peraturan yang berlaku.
" Kalau seorang pemimpin tidak paham peraturan, maka akan babak belurlah daerah itu," ujar para staff Desa sambil meninggalkan Kantor Desa. Pak Kades hanya terdiam mendengar celetukan staff Desa. Ada penyesalan sangat mendalam yang mengalir dalam jiwanya. Sementara anggota BPD yang menyarankan pendapatnya entah kemana. Tak terlihat lagi batang hidungnya. Mungkin sudah berkolaborasi dengan masyarakat untuk menjatuhkannya juga sebagai Kades Desa babak Belur.
Semilir angin yang  berhembus di sore hari itu ikut menghantar kepulangan Pak Kades ke rumahnya. Dan  tak ada lagi rasa hormat dari aparatur Desa terhadapnya. Tak terkecuali para hansip yang mulai enggan memberi hormat kepadanya saat dirinya meninggalkan Kantor Desa. Pak Kades kini sendirian.Â