Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kehidupan Baru Seorang Lelaki Baru

13 November 2020   02:27 Diperbarui: 13 November 2020   02:35 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lelaki setengah baya itu menghela nafas panjang. Panjang sekali sebagaimana panjangnya narasi manis para politisi di panggung kampanye Pilkada. Sebatang rokok kretek merk terkenal dibakarnya. Asapnya membumbung tinggi. Tinggi sekali. Seolah-olah ingin berkompetisi dengan awan yang biru dilangit.

"Ah..." desah lelaki itu sembari kembali menyemburkan asap rokoknya ke udara.

"Kalau saja..." desah batinnya yang disesaki rasa penyesalan.

Sudah dua hari ini, lelaki itu bergulat dalam sebuah penderitaan hati. Hatinya berkecamuk. Nuraninya terusik hebat. Sementara itu belum ada jawaban yang patut dia berikan. Belum ada sama sekali. Pengembaraannya selama dua hari dua malam ini, belum membuahkan hasil. Padahal dia berharap pengembaraannya ini, akan memproduksi sebuah jawaban yang akan menuntaskan permasalahan yang sangat akut, yang kini sedang dihadapinya.

"Saya tunggu jawabanmu Mas, dalam dua hari ini. Kalau tidak, maka saya akan datangi keluargamu biar mareka tahu apa yang telah engkau lakukan terhadap diriku selama ini," pinta seorang wanita muda. Malam makin melarut. Selarut duka di hati lelaki itu saat mendengar pinta wanita muda itu.

"Saya hanya ingin kamu bertanggungjawab atas aksimu kepadaku selama ini," sambung wanita muda itu.

"Tapi kamu kan..." potong lelaki yang bernama Rian itu.

"Apa karena saya tidak hamil, lantas kamu bisa seenaknya membiarkan aku dalam kenestapaan ini? Apa kamu pikir, kalau saya hamil baru kamu bertanggungjawab?" tanya wanita muda itu. Malam makin pekat Kepekatan malam melahirkan kegelapan. Kegelapan jiwa bagi dua anak manusia ini.

Sebagai tokoh muda terpopuler, Rian memang pantas menjadi idola publik. Kegantengannya tak kalah dengan artis papan atas yang sering seliweran di televisi. Pengetahuannya tak kalah klas dengan para narator yang sering muncul di acara talkshow televisi nasional. Hanya nasib yang membuatnya hanya terkanal di daerahnya saja.

Keflamboyan Rian memang menjadi energi baru bagi para kaum hawa di Kota kami. Wajah gantengnya seringkali menghias media massa lokal. Narasi garangnya menjadi sumber energi baru bagi para aktivis Kota kami.

"Kalau Rian sudah bicara dikoran, maka negeri ini seolah berguncang," ujar seorang aktivis muda saat mareka kongkow-kongkow di sebuah warkop terkenal di Kota Kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun