Wanita setangah baya itu terkejut. Kekagetan mengaliri seluruh tubuhnya. lelaki itu ternyata masih mengenalnya. lelaki itu masih mengingatkannya. lelaki itu.
" Apa kabar bang,' jawab Aminah dengan suara yang tersekat. Hatinya terguncang berat. Bangat berat.
 " Alhamdulilah baik. Abang apa kabarnya? Bagaimana dengan istri dan anak abang? sekarang sudah punya berapa anak," suara Aminah nyeroros. menembus dinding hati tasan yang lara.
Tasan hanya tersenyum kecut. Pandangannya dialihkan ke sudut-sudut kedai kopi yang suadh sepi. Tak berpenghuni lagi. Mareka sudah lama pulang ke rumahnya. Istirahat di peraduannya hingga bermimpi tentang hari esok yang indah.
" Aku belum pernah menikah," jawab Tasan. Aminah terkejut. Seluruh tubuhnya terbawa arus magnet kekagetan yang dialiri Aminah dari otaknya. Dia baru tahu kalau tasan lelaki yang pernah menyinggahi hatinya ternyata belum kawin. Dan itu pernah didengarnya dari teman-teman lamanya semasa masih gadis saat dia kembali pulang ke Kampung halamannya.
" Tasan masih single lho," goda temannya.
" Sayang kalau dibiarkan dia sendiri," canda temannya yang lain yang membuat wajah Aminah merah merona. matanya berbinar. Seolah menggambarkan masih ada harapan yang dulu tak tersampaikan karena keadaan. lelaki yang amat mencintainya dengan sepenuh hati dan segenap jiwa.
Tasan menatap langit yang masih bertaburan bintang-bintang. Bintang-bintang tersenyum kepadanya. seolah membisikan sesuatu kepadanya untuk berani mengutarakan isi hatinya.
Aminah terkaget. Jantungnya mau copot. kalimat khas lelaki itu kembali menusuk jantungnya. kalimat khas yang pernah didengarkannya belasan tahun yang lalu. kalimat yang selalu diucapkan lelaki itu saat mareka menikmati indahnya malam.
" Aku akan meminangmu,' ujar lelaki itu dengan suara terbata.
" walaupun aku sudah punya anak," tanyanya.