Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Malam Ini Tak Ada Lagi Kehampaan Malam

8 Juni 2017   16:30 Diperbarui: 8 Juni 2017   21:13 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

lelaki itu menatap wajah yang menyapanya. Seorang perempuan setengah baya yang tak muda lagi. Tutur katanya mengingatkannya pada seseorang. Raut wajahnya mengenangkan dirinya pada seseorang. Ya, seseorang yang telah meninggalkannya bersama lelaki lain yang tak pernah dicintainya. Seorag perempun yang amat patuh dengan petuah orang tuanya. Wanita yang tetap ditunggunya hingga kini.

" Aku harus mengikuti petuah keluargaku. Aku tidak mau dianggap sebagai anak durhaka," cerita seorang perempuan kepada dirinya.

" Apakah karena itu kita harus berpisah," tanya lelaki itu dengan suara pelan yang mengisyaratkan rasa putus asa.

" Iya. Saya tak mau dianggap sebagai anak yang tak berbakti kepada orang tua,:" jelasnya kembali.

" walaupun engkau tak pernah mencintai lelaki itu," tanya lagi. Wanita itu hanya terdiam. Hanya tetesan airmata yang mengaliri pipinya yang menjawabnya. Langit kelam. Sinar rembulan tak bercahaya. Alam gulita. Segulita hati lelaki itu yang terus berduka.

___

Tahun demi tahun dilalui lelaki itu dengan kesendiriannya. Kesepian hati menjadi sahabat sejatinya. Kedukaan menjadi teman sehari-hainya. kelaraan tak lepas dari hidupnya. Dia terus menunggu wanita itu pulang hingga mengembalikan hatinya kepada dirinya yang tetap setia menunggu di setiap malam yang berbalut kehampaan hatinya. Nama perempuan itu tetap abadi dalam singgasana jiwanya. tak tergantikan oleh wanita manapun.

" Tasan, tasan. Buat apa engkau menunggu perempuan yang sudah dimiliki orang lain," kata sahabatnya menasehatinya.

" Suaminya atau apalah namanya hanya memiliki tubuh wanita itu. tapi tidak dengan hatinya," jawab lelaki yang ternyata bernama Tasan. " Hati wanita itu hanya untuku. Hanya untukku," sambung Tasan. Temannya hanya menelan ludah mendengar jawaban Tasan. Diam mematung. Mulutnya bungkam. " Percuma juga berbicara dengan Tasan, toh pendirian lelaki tak akan berbah. Tak aka berubah," pikir sahabatnya.

lelaki itu tertegun. Matanya kembali menatap tajam wanita yang menyapanya. Wanita itu pernah dikenalnya. Sangat dikenalnya. Mulai dari bibirnya hingga kakinya yang putih bersih. Wanita itu yang tetap dicarinya hingga kini tanpa mengenal lelah. Wanita yang diidolakannya hatinya. Dia telah kembali.

" Aminah,' sapa lelaki itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun