Malam makin kelam. Awan hitam berarak dilangit yang sangat hitam. Gemuruh suara petir terdengar menggelegar. Kagetkan para penghuni bumi. Suara air dari langit mengguyur bumi. Hujan mulai mengalir dengan derasnya. Sederas keringat seorang perempuan yang sedang berjuang melawan kodratnya sebagai seorang wanita dan seorang Ibu. Arahan dari seorang wanita berpakaian putih terus mengaba-abanya. Menuntunnya dengan diksi terus Bu, terus bu hingga akhirnya terdengar suara pertama dari seorang bayi yang baru di lahirkannya.
Wanita muda itu tersenyum bahagia. Apalagi seorang lelaki setengah baya masuk ke kamarnya setelah mendengar teriakan seorang bayi. Senyumnya sangat khas. Dan lelaki itu langsung mengazani dengan lafaz yang sangat fasih.
" Terima kasih Ibu Bidan yang telah membantu istri saya sehingga bisa melahirkan anak saya dengan selamat," ujar lelaki itu sambil mendekati wanita itu. Dan sebuah kecupan mesra dilontarkannya di kening wanita itu.
Lelaki itu langsung meninggalkan rumah kediaman wanita itu yang telah membuatnya bahagia sejenak. Beberapa pria tegap tampak sigap. Dengan dipayungi seorang lelaki tegap berpakaian kemeja batik, pria itu langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumah wanita itu. Hujan mulai reda. Sereda tangisan bayi suci yang mulai bisa menghisap puting susu Ibunya yang tampak sangat bahagia menyaksikan anaknya terlelap dalam buaian puting susunya.
Lelaki itu tak menyangka. Sama sekali tak menyangka kalau harus menerima wanita itu sebagai istrinya. Masa-masa kampanye sebagai Presiden yang cukup melelahkan membuatnya harus terlihat fit dan segar. Dan sebagai bagian dari organisasi kampanye wanita itu mampu memberikan kesegaran baru terhadap dirinya. Melayani semua kebutuhannya. Mulai dari baju, sepatu hingga jadwal dan agenda kampanye yang sangat padat.
Ketelatenan wanita itu mengurusnya saat masa-masa kampanye membuat dirinya bahagia dan sangat senang dan sangat terurus. Maklum kampanye yang sarat menguras tenaga dengan perjalanan panjang membuatnya harus berpisah dengan sang istri. Sementara kebutuhan kampanyenya sehari-hari kini diurus team kampanyenya. Tak terkeculai wanita cantik itu. Tak ada yang terlupakan dari kerja wanita itu dalam mengurus semua kegiatanya sehari-hari. Kecantikan wanita lulusan sekolah tinggi itu membuat dirinya bisa melepaskan kepenatan dari masa-masa kampanye yang amat sulit. Dan wanita itu yang biasa disapa dengan  Jeng bisa membuatnya bahagia dan kuat dalam menghadapi masa kampanye yang sangat melelahkan dan sarat intrik.
Senyuman wanita itu membuatnya damai dan bisa berteduh dibalik senyuman wanita itu. Tak heran hari-harinya berkampanye sebagai Calon Presiden selalu dilaluinya dengan rasa bahagia dan wajah yang penuh sumringah. Walaupun perjalanan dari satu tempat ke tempat kampanye sangat berjauhan dan menguras tenaganya.
###
lelaki itu masih ingat dan ingat, saat masa kampanye sudah berjalan hampir sebulan. Dan sudah sebulan dirinya tidak bertemu dengan istri dan anak-anaknya. Lelaki itu masih ingat saat purnama bercahaya dengan terangnya. Ketika rembulan mencahayai dunia dengan sinarnya yang indah, dia dan wanita itu saling memadu hasrat sebagai manusia. Keduanya berada dalam satu kamar yang sama dan dalam satu ranjang yang sama. Hanya kelamin keduanya yang berbeda yang membuat keduanya bisa bersatu dalam damai.
Lelaki itu tahu sebagai lelaki dewasa dirinya tak mampu menahan gejolak hasratnya sebagai manusia. Dan malam itu keduanya terbuai dalam satu irama asmara yang terlarang. Keduanya terlelap dalam dekapan asmara. Keduanya saling membagi gejolak manusiawi sebagai manusia dewasa hingga keduanya terlelap di ranjang yang sama usai menuntaskan hasrat biologis.
Usai kampanye dan terpilih sebagai Presiden, dirinya harus menerima kenyataan lain. Hasrat manusiawi yang mareka lakukan malam itu membuat wanita itu hamil. Dan atas nasehat tim kampanyenya, lelaki itu akhirnya menikahi wanita itu secara siri walaupun terjadi penolakan dari wanita itu.