Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemikul Matahari

23 Juli 2016   11:59 Diperbarui: 23 Juli 2016   12:40 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini matahari hadir dengan gagahnya. Sinarnya bercahaya dengan berani. Terang benderang. Sinarnya yang gagah membuat peluh dari badan seorang lelaki mengalir deras bak banjir yang tak terhadang. lelaki itu tetap berjalan dengan beban yang amat berat dipundaknya. Sekarung beras harus segera diantarkannya ke seseorang yang telah memesannya di toko tempatnya mencari nafkah. 

Tak ada keluh dan kesah dari lelaki itu, walaupun cahaya matahari begitu gagah berani menarangi bumi pagi itu. lelaki itu terus berjalan hingga akhirnya sampai ke tujuannya. Dan bukk. Sekarung beras itu telah berada dalam sebuah mobil merk terkini milik pemesannya yang terparkir cukup jauh dari toko tempatnya bekerja.

Sudah tiga bulan lelaki yang bernama Suhar menikmati hidup dengan berprofesi sebagai pemikul barang di toko di kawasan pasar sebuah Kota yang mulai menggeliat pembangunannya. Dan sudah tiga bulan pula dirinya merasa terhormat dengan profesi itu.

" Apakah kamu tidak malu berprofesi sebagai pemikul barang di toko? Itu pekerjaan orang yang tidak bersekolah," ujar seorang temannya saat Suhar meminta bantuannya untuk bekerja.

" Pekerjaan itu sangat terhormat dari seorang koruptor, Bung," jawab Suhar.

" Dan saya tidak mau dikuburan saya semua orang saat berziarah ke kubur memandang saya dengan julukan koruptor. mana harga diri saya," lanjut Suhar dengan nada tegas.

Iya, usai menjalani hukuman sebagai koruptor Suhar memang enggan kembali berkiprah sebagai pengurus Parpol walaupun tawaran menarik berupa jabatan diiming-imingi Ketua Parpol. Sudah mati rasa Suhar menjadi pengurus Parpol, termasuk menjadi anggota Dewan yang katanya terhormat itu. lelaki itu kini sedang menikmati madu sebagai pemikul barang di pasar walaupun cemoohan terus menghujani jiwa dan raganya.

" Tuh kalian lihat Suhar. Usai dihukum kini bangkrut," ujar sorang warga di pasar saat melihat Suhar memikul barang.

" Padahal dulunya dia seorang anggota Dewan yang terhormat. Tapi karena korupsi, akhirnya menjadi pemikul barang seperti kita," celetuk warga lainnya.

" Mungkin Suhar merasa profesi sebagai pemikul barang lebih terhormat daripada sebagai anggota Dewan yang banyak korupsi dan mengakali rakyat," sela warga lainnya.

" Benar sekali kawan. Itu yang membuat Dia usai menjalani hukuman tak mau lagi berkiprah sebagai anggota Dewan. Dan sikap itu harus kita hargai sebagai sebuah prinsip hidup," ungkap pemilik toko dimana Suhar bekerja sebagai pemikul barang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun