Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Robohnya Kampung Kami

11 April 2016   18:35 Diperbarui: 13 April 2016   22:30 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Lukisan David Naegle, Utah Trip #2, October 2006"][/caption]"Bongkar," seru seorang pria setengah baya kepada petugas alat berat yang telah siap beraksi dengan suara penuh wibawa. Kumis tebalnya yang mulai memutih menandakan kewibawaannya sebagai seorang komandan. Dan hanya dengan satu sentuhan, beberapa bangunan rumah pun hancur berkeping-keping diganyang alat berat escavator. 

Jerit tangis pun menghmabur keudara bebas yang mulai menghitam sebagai pertanda sebuah kota. Dan dalam hitungan detik pun, desingan batu dan alat-alat lainnya pun berterbangan menghampiri alat berat dan para petugas. 

Petugas pun mulai kocar kacir mencari perlindungan diri. Bentrok pun tak terhindarkan. Sejumlah korban bergelimpangan penuhi jalan dan gang-gang sempit. Darah pun menjadi penghias aspal. Memerah.

Kendati hanya dalam belasan menit, bentrokan berdarah di pagi Jumat itu membuat suasana duka di Kampung Duka. Para petugas kemanan pun mensterilkan kondisi. Demikian pula dengan para pemuka agama. Mari saling bahu membahu mempersuasi masyarakat untuk tenang dan menjaga situasi damai yang berujung kepada lahirnya kebahagian bagi kedua belah pihak.

"Saudara-saudara. Kita harus tenang dan tenang. Jangan mudah terprovokasi," ujar seorang pemuka masyarakat dihadapan masyarakat yang membludak.

"Benar Pak. Tapi mareka telah merampas hak kita. Mareka telah berlakon bak penjajah baru. maka kita melawan," jawab seorang warga yang rumahnya hampir terkena aksi eskavator.

"Justru itu, kalau kita tak tenang dan tak bersatu padu maka kita akan kalah. Dan ketenangan adalah sumber kemenangan kita melawan kesewenang-wenangan ini," lanjut pemuka masyarakat dengan nada bijaksana. Masyarakat yang berkumpul pun terdiam. Membisu bak patung mendengar arahan pemuka masyarakat mareka.

Sementara itu di tempat yang sama tak jauh dari lokasi berkerumunan masyarakat kampung Duka, sejumlah petugas keamanan daerah tampak ditenangkan oleh Komandannya. Beberapa petugas kemanan daerah banyak yang dilarikan ke rumah sakit terdekat bersama dengan para warga Kampung Duka.

"Kita ini tidak bisa bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan tugas. Ingat kita memiliki aturan tersendiri. Dan bagi mareka yang bertindak diluar kewenangan maka yang bersangkutan harus mendapat hukuman sesuai dengan aturan," tegas sang Komandan dengan nada tinggi. Semua petugas keamanan daerah terdiam. Hanya desis nafas yang menggema di heningnya siang.

"Kalian harus paham, kita bukan sedang berhadapan dengan musuh. Tapi kita sedang berusaha melaksanakan tugas dengan cara-cara yang manusiawi walaupun banyak yang bilang kita ini arogan dan tak manusiawi dalam bertindak," lanjutnya. Para anggotanya pun terdiam dan menunduk malu.

Di Balai daerah, petinggi daerah tampak sedang asyik menjawab pertanyaan para kuli tinta yang memburunya. Dan dengan gaya khasnya sebagai pemimpin, dia dengan tegas menyatakan bahwa pembongkaran harus dilaksanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun