" Presiden Indonesia itu adalah Pak Harto. Dibawah kepemimpinanya negara aman, damai. Rakyat sejahtera. Tak ada demo. Tak ada antri minyak. Pokoknya mantap," ujar seorang warga yang tinggal di sebuah kampung kepada saya sambil mengacungkan jempolnya.
Pria setengah baya yang saya perkirakan berumur 60-70 tahun menuturkan bagaimana hebatnya dedikasi seorang Soeharto terhadap rakyat dan bangsa ini kepada saya yang lahir era tahun 60-an.
Zaman Pak Harto mana ada berani negara tetangga bertingkah macam-macam dengan Indonesia. ' Dulu Malaysia dan Singapura tak berani dengan kita. Apalagi sampai mematok-matok lahan di daerah perbatasan," lanjutnya.
Pria tua ini mengaku bahwa zaman Pak Harto yang namanya kebebasan berbicara dan demokrasi itu tak ada." Tapi damai. Mana ada demo-demo seperti sekarang ini. Apa demo itu menyelesaikan masalah? Kan tidak juga. Malah menyusahkan masyarakat,' lanjutnya.
Pria tua ini mengisahkan bagaimana gara-gara demo dirinya mengalami kesusahan saat hendak ke Kota provinsi untuk berobat. " Kita ditahan pendemo. Padahal kita bawa orang sakit. Kita jelaskan nggak ngerti juga pendemo itu. Dan berkat bantuan aparat akhirnya kami bisa lewat," tuturnya mengenang peristiwa itu.
Lelaki tua yang berprofesi sebagai petani ini mengisahkan ketika zaman Pak Harto harga-harga produk pertanian naik dan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan petani. " Kini harga hasil pertanian tak jelas. Sementara pupuk dan obat-obatan hama mahal. Tak sesuai lagi. Kita jadi merugi. Lama-lama bangkrut dan jadi miskin," keluhnya.
Pak tua ini juga mengisahkan bagaimana pada era Pak Harto, kedamaian tercipta. Barang-barang kebutuhan pokok tersedia. " Sekarang, adik bayangkan dan lihat saja. harga-harga naik. Pendapatan kita tak jelas," umbarnya.
Pak tua ini juga mengeluhkan soal korupsi yang makin merajalela. " Mau bangkrut kayaknya bangsa ini diganyang para koruptor itu. Kini korupsi sudah sampai kantor Desa Apa mareka tak kasian dengan kita rakyat kecil ini," katanya dengan nada lenguhan.
Soal pilihan dalam Pilpres mendatang, bapak tua ini tak mau bicara banyak. " Pak Harto itu Presiden kita. Kalau yang sekarang kan baru calon Presiden. Baru mau akan jadi Presiden.," ujarnya.
Saya terdiam. Asap rokok saya membubung tinggi ke udara hampa. Sehampa pikiran bapak tua itu dan saya dalam menatap masa depan negeri ini. Masih adakah secercah harapan untuk rakyat bangsa ini? Kepada para capres/cawapres tampaknya asa dan harapan kita sebagai rakyat kita gantungkan setinggi langit. Semoga saja kalau keduanya terpilih akan amanah mengemban jabatan dan selalu diingat masyarakat sebagaimana Pak Tua itu mengingat Pak Harto saat menjadi Presiden Indonesia.(Rusmin)
@RusminToboali