Kesimpulan Materi Perjalanan Pendidikan Nasional
Ki hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan nasional yang menjadi pelopor kemerdekaan pendidikan di Indonesia terutama pendidikan bagi orang-orang pribumi. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan menjadi dasar dalam pendidikan nasional maupun internasional.Â
Menurutnya, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan yang holistik, di mana murid atau peserta didik dibentuk menjadi insan yang berkembang secara utuh meliputi olah rasio, olah rasa, olah jiwa dan olah raga melalui proses pembelajaran dan lainnya yang berpusat pada murid dan dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan, serta menyenangkan.Â
Selain itu, Ki Hajar Dewantara memang kritis dalam mengemas konsep pendidikan dan kebudayaan yang dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan perubahan zaman. Menurut beliau konsep pendidikan didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Â Filosofi merdeka belajar itulah yang ingin beliau capai oleh bangsa Indonesia di masa yang akan mendatang.Â
Di sisi lain dalam penjelasan beliau mengenai Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan garis-garis bangsanya (kulturalnasional) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk), yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya, sehingga memiliki kedudukan yang sama dan pantas bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.
Pendidikan pada zaman kolonial sebelum kemerdekaan Indonesia tahun1854 sekolah hanya untuk mendidik calon-calon pegawai. Kemudian pada tahun 1914 lahirlah sekolah Bumi Putera yang terdiri dari 3 kelas di mana rakyat hanya diberikan pembelajaran terbatas yaitu membaca, menulis dan menghitung. Sekolah ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang menguntungkan usaha dagang milik Belanda.Â
Setelah beberapa tahun pemerintah Belanda memberikan kelonggaran pengajaran dan pada tahun 1920 lahirlah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Cita-cita baru ini seakan-akan merupakan gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik. Impian kemerdekaan nusa dan bangsa sebagai jaminan kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa, yang menjadi pokok sistem pendidikan dan pengajaran, hingga tahun 1922 lahirlah sekolah Taman Siswa di Yogyakarta yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara dan teman-temannya sebagai pertanda sebuah kemerdekaan pada pendidikan di Indonesia.Â
Pendidikan pada zaman kolonial sangatlah terbatas bagi masyarakat Indonesia pada saat itu. Mereka tidak diberi kelonggaran untuk sekolah, hanya anak bangsawan dan calon pegawai yang diizinkan bersekolah. Berbeda halnya dengan setelah kemerdekaan Indonesia. Pendidikan sudah berkembang pesat mengikuti zamannya. Tidak ada larangan untuk bersekolah dan mencari ilmu. Informasi sejarah pendidikan ini penting untuk mengetahui cikal bakal pendidikan di Indonesia dan bisa menambah semangat motivasi para guru-guru untuk bisa menerima dan mengikuti perubahan-perubahan di dunia pendidikan dan perkembangan zaman, masyarakat, dan teknologi dengan baik dan bijak.
Ki Hajar Dewantara menuturkan bahwa pendidikan adalah tempat untuk bersemayamnya benih-benih kebudayaan, pendidikan untuk membentuk kebudayaan dan perubahan. Pendidikan harus dapat memerdekakan serta pendidikan harus holistik dan seimbang sehingga terjadinya keseimbangan Budi pekerti yang membawa anak pada kebijaksanaan. Pendidikan dan pendidik yang memandang anak dengan rasa hormat. Antara pendidikan dan pengajaran dalam memahami konsep dan arti menurut Ki Hajar Dewantara adalah pengajaran adalah bagian dari pendidikan.Â
Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau faedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki tingkah lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuh kekuatan kodrat anak. Ha tersebut juga termuat dalam konsep besar Ki Hajar Dewantara yang sangat terkenal yaitu Pratap Triloka yang berisi 3 peran guru dalam pendidikan dan pengajaran. Adapun 3 hal tersebut adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha (siapa yang di depan haruslah memberi contoh yang baik), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah harus memberikan ide atau gagasan), dan Tut Wuri Handayani (yang di belakang harus memberikan dorongan).
Ki Hadjar Dewantara juga mengatakan bahwa hendaknya pendidik atau guru untuk tetap terbuka atau melakukan berbagai pembaharuan tetapi tetap harus waspada terhadap perubahan yang terjadi. Oleh karenanya sebagai seorang guru hendaknya selalu up to date terutama dalam hal perkembangan dan kemajuan teknologi yang terjadi di sekitarnya. Namun up to date saja tidak cukup, guru juga hendaknya dapat memilah dan menyeleksi teknologi apa yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran dan sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik peserta didik, sehingga guru juga dapat mengarahkan peserta didiknya untuk bijak dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi.