Mohon tunggu...
Mimi Kartika
Mimi Kartika Mohon Tunggu... -

Sedang menempuh pendidikan S1 Prodi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik, FISIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sedang menempuh semester 7 yang mencari tempat magang bidang jurnalistik...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Massa Memicu Cinta Kebudayaan Tanah Air

19 September 2016   21:36 Diperbarui: 19 September 2016   21:55 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Globalisasi menjadi sebuah keuntungan besar bagi siapa saja yang turut merasakan manfaatnya. Salah satunya bagi negara Korea Selatan untuk unjuk gigi di dunia internasional. Kekuatan budaya asli yang dimiliki Korea Selatan tidak luntur dan terkikis oleh budaya asing. Bahkan di antara negara di Asia, Korea Selatan mampu menunjukkan identitasnya. Hal ini merupakan kesuksesan bagi Korea Selatan di mata dunia internasional.

Salah satu yang dilakukan Korea Selatan untuk mencapai kesuksesan tersebut dengan menerapkan kegiatan soft power. Menurut Joseph Nye, pengertian soft poweradalah “as the ability to get what a country wants through attraction rather than coercion” (Kim, Jeong-Nam & Ni, Lan, 2011:132). Artinya, tanpa aksi kekerasan namun melalui daya tarik yang dimilikinya sebuah bangsa bisa mempengaruhi bangsa-bangsa lain. 

Salah satu modal utama dalam soft poweryaitu daya tarik produk budaya, seperti film, musik, makanan, drama televisi,  sampai online games. Berdasarkan buku Literasi Media: Konsep dan Aplikasi hlm. 46tahun 2013, masuknya budaya dalam pesan media dipandang sebagai peluang bagi negara yang memiliki kemampuan memproduksi pesan. Pesan media inilah yang menjadi bagian dari soft power. Bangsa Korea menggunakan produk dari industri medianya sebagai modal bagi kegiatan soft power.

Di Indonesia, bahkan hampir di seluruh belahan dunia telah terkena demam Korea atau dikenal dengan istilah Korean Wave. Melalui media, Korea Selatan dapat menyebarkan Hallyu ke penjuru dunia. Ekspor dari program televisi saja telah meningkat selama tahun 1995 sampai 2007 mencapai 5,5 juta US dollar menjadi 150,9 juta US dollar (Jin, 2011: 99). 

Hal ini menggambarkan industri budaya Korea Selatan mengalami perkembangan yang pesat. Hallyu muncul karena Korea berhasil menggunakan kebudayaannya sebagai daya tarik. Melalui drama korea yang dapat diakses dengan mudah melalui streaming onlineatau televisi kabel telah menarik perhatian penonton untuk belajar budaya Korea. Diantaranya, belajar bahasa Korea, cara makan, menyicipi makanan korea, baju khas Korea, tari-tarian, musik, baik yang tradisional maupun modern.

Hal yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa media dapat mengangkat kebudayaan. Tidak hanya dicintai oleh kelompok dimana kebudayaan tersebut tumbuh dan berkembang, juga dicintai oleh para penggemarnya di dunia internasional. Di sisi lain, budaya Korea yang masuk ke Indonesia akan mencuri perhatian masyarakat Indonesia dari budayanya sendiri. Untuk mempertahankan kecintaan masyarakat terhadap budaya Indonesia, kembali lagi bahwa peranan media massa sangat diperlukan. 

Media massa di Indonesia bertanggung jawab untuk melestarikan kebudayaan tanah air. Terlebih dalam era informasi saat ini, media massa menjadi kebutuhan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat. Jika saja media massa memproduksi pesan media dengan konten kebudayaan, maka setiap hari masyarakat Indonesia akan melihat, mendengar, dan membaca informasi mengenai budaya miliknya sendiri. Bukan memakai budaya asing terlalu sering yang dapat menggeser budaya nenek moyang bahkan parahnya melupakan.

Lihat saja, televisi Indonesia yang menayangkan drama India dan drama Korea hampir setiap hari, di dalam drama tersebut terdapat informasi budaya negara India. Lalu sudah berapa banyak masyarakat Indonesia mengetahui kebudayaan asing? Lagi-lagi, jika saja hal itu yang dilakukan oleh media massa Indonesia dengan memproduksi dan manayangkan konten mengenai kebudayaan Indonesia setiap hari, tentunya masyarakat Indonesia sulit untuk menyisakan hatinya untuk lebih mencintai budaya asing. Kemudian dengarkan radio yang populer di kalangan remaja, lagu apa saja yang sering diputar? Jika itu lagu berbahasa asing dari luar negeri maka peran media massa Indonesia dalam melestarikan kebudayaannya belum maksimal. Pendengar atau penikmat musik rela menghafal lirik lagu bukan berbahasa Indonesia. 

Boleh saja menerima budaya asing, namun budaya milik sendiri patutnya dicintai dan dilestarikan, bukan disingkirkan. Media massa yang setiap hari muncul di kehidupan masyarakat Indonesia, sangat berperan penting untuk melaksanakan tanggung jawabnya memicu mereka mencintai budaya Indonesia.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun