Gelombang Panas Ekstrem Melanda Dunia, Butuh Solusi Global
Oleh : Mimi Husni (Aktifis Mahasiswa)
Perhatian besar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tertuju pada Gelombang panas ekstrem yang saat ini melanda sejumlah negara di dunia, termasuk di kawasan Asia. Gelombang panas ekstrem bisa didefinisikan sebagai suatu periode cuaca yang sangat panas dan kering yang biasanya terjadi dalam jangka waktu yang lama. Gelombang panas ini juga menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada hewan, manusia, tumbuhan, bisa membuat heatstroke, dehidrasi sampai kematian. Selain itu dapat meningkatkan resiko bencana alam lainnya dan kebakaran hutan.
Gelombang panas yang terjadi di beberapa negara di dunia mengakibatkan perubahan suhu ekstrem sudah dirasakan dampaknya di Indonesia. Bencana kekeringan yang dialami di Indonesia seperti Kekeringan petani dan petambak juga sangat meresahkan. Kapitalisasi sumber daya alam yang menyebabkan perubahan iklim, menyebabkan terjadinya pemanasan global. Karena dalam gambaran kapitalisme boleh dikelola asing dan menjadi hak milik. Jadilah penguasaan sumber mata air dan penebangan hutan yang dikuasai sepihak.
Dilaporkan dari laman CNBC Indonesia 26 April 2023, Menteri Keuangan  Sri Mulyani mengatakan gejala yang di timbulkan iklim ini turut melanda tanah air meski tak seburuk negara lain. Yang terjadi di Indonesia adalah kenaikan suhu maksimum harian mencapai 37,2C di stasiun BMKG di Ciputat pada pekan lalu, walaupun hanya pada beberapa lokasi yang berada pada kisaran 34C - 36C hingga saat ini, BMKG melaporkan, sudah terjadi peningkatan suhu panas lebih dari 40C, yang di alami negara-negara Asia seperti Laos, Myanmar, Thailand, India, China, dan Bangladesh.
BMKG menerangkan bahaya yang mengintai serta mengancam iklim adalah produksi karbondioksida (C02). Hal ini ini juga menggambarkan jika produksi karbon lewat kegiatan ekonomi semakin besar, maka dunia akan menghangat. Global warming dan musim kering bisa panjang dan bisa kebakaran hutan, ini semua tidak bisa dihindari. Hal ekstrem lainnya adalah musim hujan yang tidak wajar sampai longsor dan banjir yang tidak bisa di hindari. Jelas sangat mengancam manusia dan sektor lainnya (ekonomi salah satunya).
Negara-negara maju pun AS tidak mau kepentingan politik dan ekonominya terkurangi. Alasan yang dikedepankan adalah mereka tidak akan mendatangkan bencana bagi negara mereka sendiri dengan mengurangi emisi karbon.
Penyumbang terbesar dari fenomena ini adalah industri-industri mereka  yang memiliki emisi karbon terbesar di dunia. Menurut data terakhir tahun 2021 bahwa AS berada di posisi pertama sebagai negara penghasil emisi CO2 kumulatif terbesar dengan penggunaan batu bara secara luas serta AS menghasilkan lebih dari 509 Giga ton CO2 (GtCO2) sejak tahun 1850, kemudian dengan munculnya kendaraan bermotor dan baru sisa kecilnya disumbang oleh negara-negara berkembang.
Jika kita telisik, pemanasan global yang tejadi saat ini sudah sedemikian parah karena sudah berdampak rusaknya keseimbangan ekosistem dan perubahan pola aliran air dan pencairan es yang meningkatkan perubahan kehidupan ekologi.
Gelombang panas ekstrem saat ini merupakan persoalan global yang membutuhkan solusi global pula yaitu Islam yang akan menyelesaikan problem dari akar masalahnya bukan hanya melihat persoalan cabang. Karena  Empunya jagad raya ini telah memerintahkan kepada hambanya untuk menjaga lingkungan hidup ini. Dalam TQS: Al-A'raf: 56, Allah berfirman:  "Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya".
Penerapan solusi tersebut haruslah dijalankan oleh negara yang merupakan wujud ketakwaan umat kepada Allah SWT. Keberkahan hidup akan dirasakan oleh penduduk suatu negeri jika ada ketakwaan umatnya. Rasulullah Saw bersabda, " Padang rumput/hutan, air, dan api merupakan kepemilikan umum yang dikelola negara untuk kemaslahatan umat" (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Dalam TQS Al-A'raf: 96, firman Allah : "jika penduduk suatu negeri-negeri beriman dan bertakwa, maka kami akan tambahkan nikmat yang berkah dari langit dan bumi, Â Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu sehingga Kami menyiksa mereka disebabkan perbuatan mereka".