Berteduh di sini. Di sela sela kekar tubuh meranti. Lebih tepat lagi, sisa sisa tubuh meranti. Terkoyak sejak dari tajuk, hingga daunnya yang meranggas mati.
Bergelimpangan pula jenazah angsana dan puspa. Tergeletak tak berdaya. Terhempas oleh nestapa yang disengaja. Terberangus di usia muda. Mampus tersia sia.
Sungai meluapkan amarah. Saat jejak hujan tak bisa lagi berpegangan pada akar akar tanah. Tumpah ruah menghapus desa dan rumah rumah. Hanyutkan sekawanan manusia tak bersalah. Bumiku berdarah darah.
Hingga tiba terik mencuci permukaan yang berarang hitam. Menciptakan asap tebal bergulung gulung kelam. Api berkobar dari setiap sudut ketiak alam. Membakar habis sisa sisa ranting gelam.
Mengusir paksa segerombolan owa dan sepasang harimau sumatera. Pergi ke tanah tak bertuan yang penuh marabahaya.
Hujan marah. Terik marah. Alam pun hanya terdiam pasrah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H