Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepenggal Kisah; Harimau Jawa yang Punah

16 April 2017   22:55 Diperbarui: 17 April 2017   08:00 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketakutan memenuhi udara.  Ketika dulu kau meraungkan kelaparan di dalam rimba.  Kengerian menjejak bumi.  Waktu kau perlihatkan sebaris tajam gigi.  Langkahmu memang gontai. Tapi itu seperti kematian sedang melambai.

Kau penguasa tanpa singgasana.  Kau raja diraja tanpa tahta.  Kau penghulu kekaisaran tanpa hamba sahaya.  Kau benar benar panglima, tanpa prajurit yang berdiri paling muka.

Tetap saja, kau ditelan bulat bulat oleh jaman.  Benar saja, kau mesti rela dianak tirikan oleh kekejaman.  Kau tergilas, tajam pedang dan peluru perburuan.  Kau terlindas, perjalanan nasib dan ketamakan.

Pengadilan manusia memutuskan; kau harus menyerah dan kalah.  Sekarang, kau hanya menjadi sepenggal kisah.  Jejak kerajaanmu, musnah tanpa gerabah.  Lorengmu, tinggal sketsa patah patah. Aumanmu, adalah sejarah yang punah.

Jakarta, 16 April 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun