Seperti gula. Manismu berenang pekat di pikiranku. Teraduk perlahan bersama aturan nafas. Kau tetap berjeda dan berdiam lama. Sebelum akhirnya aku mampu mengambil udara yang sesungguhnya.
Aku suka kopi. Dan aromamu sungguh menyerupai kembang kembang putihnya saat musim panas hampir tiba. Kau tahu, itu bukan sekedar janji untuk memanjakan mata. Namun lebih kepada memekatkan hati pada jatuhnya cinta.
Gula dan kopi. Kita aduk bersama menggunakan jari saja. Panasnya mungkin melepuhkan kulit ari. Tapi itu adalah sumpah seorang pahlawan sayang. Berjuang demi rindu yang terlalu lama berpetualang.
Sekarang duduklah di sini. Kita sesap kopi ini dalam dalam. Sambil melihat apakah senja ikut menikmati dalam diam.
Jakarta, 5 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H