Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sang Pecinta Malam

4 Juni 2017   12:55 Diperbarui: 13 Juli 2017   02:21 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senyap sedang merambat di udara yang mampat
Ini rindu berpetualang menekuni jalannya yang berliku
Menuju sesuatu yang terperosok di antara batu batu
Yaitu namamu yang ditulis dengan lafal-lafal rindu

Lelap berujar-ujar tentang makna sebuah keindahan
Yaitu ketika bulan lewat, bertabik lalu ikut berdzikir
Bersama manusia manusia yang menggenggam tasbih seperti makanan
Bukan sebagai pusaka manik batu manikam

Saat terbangun sepi sudah pergi
Diusir oleh suara dengkurmu yang selalu melewati sepertiga malam baru datang
Selalu begitu, sampai sampai tiga perempat malamnya bergumam
Kau adalah sesungguh-sungguhnya kekasih malam

Bogor, 4 Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun