Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengukir Air

11 Mei 2017   12:07 Diperbarui: 11 Mei 2017   17:38 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengukir Air

Sekarang saatnya aku bertubi tubi kirimkan salam. Padamu yang sedang diseduh oleh kata kata pualam. Aku akan campurkan sedikit bubuk kopi. Hanya supaya kamu lebih banyak mengerti.

Dengarkan...
Ada suara nyanyian tembang banyuwangi. Berkeliaran mengambang di udara blimbingsari. Nampak seperti ujung ujung mimpi yang terpenggal. Belum menyatu dalam mistisnya tarian. Gandrung yang bercerita banyak tentang wuyung.

Lihatlah....
Awan mulai menyingkir. Memberi jalan matahari agar tidak dianggap fakir. Itu pertanda ada huruf huruf yang sedang diukir. Menuliskan namamu yang dilahirkan sebagai air.

Banyuwangi, 11 Mei 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun