Gunung salak terlihat dari sini. Menyendiri. Tapi tidak sendiri. Ditemani oleh halimun memekati pinggang hingga muka. Lutut dan kakinya digeletaki petak petak rumah dan kebun kebun sumringah. Ini lebaran, ujarnya bungah.
Dulu aku pernah memikirkanmu pas di pinggang itu. Menitipkan senyummu pada Manilkara kauki yang banyak terdapat di sana. Lalu memindahkannya dalam hati saat menuruni lerengnya menuju kota.
Aku pernah menuliskan di bawah atap serambi gunung salak ketika itu. Menyengaja waktu mencuri hatimu. Lalu menjumpaimu untuk tidak katakan apa apa. Padahal gunung salak kirimkan salam berjuta juta.
Kini aku memandanginya lagi. Untuk ingat pada lupaku kembali. Pada mimpi yang tak sengaja terjeruji.
Bogor, 26 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H