Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cucian Kotor

30 April 2017   22:23 Diperbarui: 30 April 2017   22:35 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita adalah cucian yang selalu kotor.  Tergeletak di keranjang.  Menunggu dicuci.  Lalu dibilas dengan serbuk dan pewangi dari tulusnya hati.

Esok harinya.  Kita adalah bersih yang diberangkatkan pagi.  Mengisi seharian dengan sumpah serapah, rupa muram, dan hati gelisah.   Sorenya kita pulang kembali sebagai cucian kotor. Ditumpuk kembali di keranjang.  Atau langsung dicuci dengan berjamaah atau mengaji.

Jika cucian kotor dibiarkan berhari hari. Berminggu minggu. Berbulan bulan.  Ini seperti menyimpan aroma basi di dalam hati.  Mengerek bendera benci, iri dan dengki.  Dalam sebuah upacara kematian bagi nurani.

Bogor, 30 April 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun