Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selaksa Kenangan dan Ronin yang Kehabisan Majikan

8 November 2020   07:38 Diperbarui: 8 November 2020   07:56 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada bianglala yang terlahir dalam kegelapan. Tanpa matahari dan hujan. Hanya memantulkan warna-warna kelabu. Persis seperti tubuh masa lalu. Ketika ditampilkan dalam film bisu.

Layar bioskopnya memerangkap diri di kedalaman kornea. Berebut dengan cahaya yang diterbitkan fajar dari bang-bang wetan. Menyusuri setiap kenangan. Separuhnya adalah keributan, dan sisanya tentu saja kerinduan.

Selanjutnya angan-angan akan ditenggelamkan oleh angin beliung yang berpusar secara murung. Membawa lintasan jejak dan kilasan ombak. Di antara lamunan yang masuk akal, hingga lanunan yang menjejalkan pikiran binal.

Saat layar yang terkembang memasuki waktu senggang. Rupa-rupa perjalanan lantas menjadi segmen yang getas. Patah dan retak. Seperti langit yang terbelah oleh badai matahari. Sepenuhnya sunyi.

Di sini kau akan menjadi Ronin paling kesepian. Pilihanmu hanya kematian. Atau berusaha sekeras cadas mencari majikan.

8 Nopember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun