Ada bianglala yang terlahir dalam kegelapan. Tanpa matahari dan hujan. Hanya memantulkan warna-warna kelabu. Persis seperti tubuh masa lalu. Ketika ditampilkan dalam film bisu.
Layar bioskopnya memerangkap diri di kedalaman kornea. Berebut dengan cahaya yang diterbitkan fajar dari bang-bang wetan. Menyusuri setiap kenangan. Separuhnya adalah keributan, dan sisanya tentu saja kerinduan.
Selanjutnya angan-angan akan ditenggelamkan oleh angin beliung yang berpusar secara murung. Membawa lintasan jejak dan kilasan ombak. Di antara lamunan yang masuk akal, hingga lanunan yang menjejalkan pikiran binal.
Saat layar yang terkembang memasuki waktu senggang. Rupa-rupa perjalanan lantas menjadi segmen yang getas. Patah dan retak. Seperti langit yang terbelah oleh badai matahari. Sepenuhnya sunyi.
Di sini kau akan menjadi Ronin paling kesepian. Pilihanmu hanya kematian. Atau berusaha sekeras cadas mencari majikan.
8 Nopember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H