Aku ingin, menjadi kata-kata yang dilahirkan dari rahim malam. Sebagai janin frasa yang menjerit-jerit. Dengan suara yang sanggup membelah pekatnya sepi. Sehingga aku bisa mempercayai, bahwa dunia ini belum mati.
Aku ingin, menjadi kata-kata yang meluncuri bibir langit. Ketika hujan sedang merindukan mendung kelam. Danjuga kehilangan separuh hati yang lebam. Aku adalah jahanam. Menuliskan syair-syair gelap dan hitam. Â
Aku ingin, menjadi kata-kata yang membelah kerumunan kota. Dalam riuh gaduh yang bersetubuh dengan asap dan pikiran gagap. Aku adalah kereta dan bus kota pada tengah malam buta. Membawa banyak keberangkatan namun menunda banyak kepulangan.
Aku ingin, menjadi kata-kata semanis wajah matahari. Di sebuah pagi yang sibuk menyudahi mimpi buruk. Dari seorang bayi yang mencari payudara ibunya. Saat sang Ibu sudah menyusuri gang-gang sempit. Mencari potongan-potongan kardus dan berita baik. Untuk membeli nasib dan menjual rasa letih. Di negeri yang benar-benar sedang kehabisan getih.
Bogor, 21 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H