Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menyalakan Purnama dan Memadamkan Bara

30 September 2020   15:22 Diperbarui: 30 September 2020   15:24 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Siapa yang telah lupa bagaimana cara menyalakan purnama? Apakah itu di langit yang kesepian, maupun di hati yang sedang diajari kembali cara-cara merindukan. Apalagi ketika awan dan kabut turun bersamaan. Mengikuti segenap jejak aliran hujan.

Siapapun itu. Simpan masa lalumu! Karena dari setiap labirin kenangan yang rumit, akan mudah sekali membesarkan janin pahit.

Pada sebuah senja yang kehabisan warna jingga, inilah saatnya kau mewarnainya dengan tangga nada. Agar segala rasa remuk redam, mengubah dirinya menjadi bara yang padam. Ke dalam lagu-lagu yang sering dinyanyikan anak gembala. Di puncak keindahan savana.

Apapun itu. Gambar masa lalumu! Di semua jendela dan pintu. Agar tak lagi menghuni benak. Lalu tumbuh menjadi onak.

Sesederhana itu saja. Seperti ketika kita merindukan purnama. Kemudian menemukannya di tengah malam buta.

Bogor, 30 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun