Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Rembulan di Depan Pintu

29 Juli 2020   19:44 Diperbarui: 29 Juli 2020   19:43 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Aku merangkai pecahan kaca ini untukmu
tapi bukan untuk menjadi airmata
namun, sebagai kata pembuka
tentang sajak-sajak yang turun bersama hujan
lalu tumbuh serentak menjadi flamboyan

Sajak ini berbicara panjang lebar
mengenai bait-baitnya yang tertukar
dengan bayangan rembulan
di depan rumahmu
lalu mengetuk pintu dengan suara sendu
dan membawakanmu sepucuk rindu

Rembulan nun di atas sana
adalah cermin bagimu jika ingin berkaca
ada aku di sana
sedang melipat langit pertama
agar kau bisa melihat lebih jelas
purnama itu adalah simbol tegas
tentang kecantikan sang penyintas

Seperti yang kau tahu
ketika kau menghabiskan setumpuk buku
dari halaman-halaman yang dirobek masa lalu
sebenarnya adalah kenangan yang menyala
saat kau mulai menggambar ruang-ruang di kepala
dengan abstraksi cinta
namun dengan romantika yang nyata

Bogor, 29 Juli 2020
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun