Menjadi buku yang sempat kau baca di pagi hari ketika hening mulai mentertawakan dirinya sendiri, adalah kebahagiaan tersendiri bagiku yang ingin selalu mencoba menuliskan halaman-halaman yang tak mudah dilupa.
Aku lalu menjadi masa lalu yang masuk sangat dalam ke tubuh pikiranmu. Aku menjadi kata yang seringkali disebut orang sebagai kenangan. Aku menyukainya karena kau lalu berulang-ulang menyeretku di kedalaman alam lamunan.
Saat matahari mulai menghangatkan kuku, aku kau jadikan pasal-pasal yang terus kau rekam hingga tibanya malam. Untuk kemudian kau ingat-ingat kembali saat separuh bumi mulai terbenam.
Kita berbincang di bawah terik cahaya rembulan yang sebentar lagi padam. Kau bicara tentang banyaknya kemungkinan. Sedangkan aku lebih memilih diam.
Kita akhirnya sama-sama menjadi buku. Berjajar di rak-rak almari yang dibekukan waktu.
Menunggu.
Jakarta, 21 Juli 2020