Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Purnama di Mata Serigala

2 Juli 2020   21:10 Diperbarui: 2 Juli 2020   21:06 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Purnama meriak di antara kebisingan kota
perlahan menaiki tangga yang tersusun dari asap, debu, dan masa lalu
lalu berhenti di ceruk dan langkan
tempat orang-orang berjalan
di sela-sela jatuhnya malam

Entah ini purnama ke berapa
yang menjadi milik para serigala
sebelum mereka melepas tetes demi tetes airmata
mengenang hutan, savana, dan tundra

Satu demi satu
seribu demi seribu
melenyap dan melindap
habis-habisan dilahap
oleh percakapan demi percakapan
di meja-meja yang menjamu kedatangan peradaban

Serigalanya menjadi domba
hutannya menjadi savana
savananya menjadi tundra
tundranya menjadi padang gembala
bagi cuaca yang semakin keruh berair muka
menjadikannya pancaroba
selamanya

Jakarta, 2 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun