Menelusuri jejak-jejak kenangan
Yang menyerupai lengan-lengan gurita
Di ceruk benak yang terbagi dalam wilayah kekuasaan
Purbakala, sandyakala, dan purnama
Membutuhkan kekuatan
Sebesar Singa, di luasnya savana
Atau setidaknya
Kawanan Serigala, di belukar tundra
Di antara pahit, getir, dan manis yang bersemak
Masa silam adalah purbakala yang beriak dan beronak
Mengenai pengembaraan
Saat melintasi batas
Dan memberikan pengakuan bahwasanya aku adalah penyintas
Pada setiap rona waktu yang dilalui
Semenjak pagi membuka mata
Hingga sandyakala menutupi muka
Kenangan berhitung atas dirinya sendiri
Dengan mencatat dinginnya sunyi dan panasnya api
Di halaman-halaman buku
Yang hanya berisikan tentang aku
Kala cahaya purnama tepat menyinggahi ubun-ubun kepala
Rajutan memori yang mati suri kembali disinari
Di ruang-ruang aku yang tersembunyi
Meminta untuk dibaca ulang
Hingga dijumpai apa yang disebut alasan
dan apa yang dinamakan latar belakang
Mengapa kenangan tak pernah bisa hilang,
Sebab di sana
Di kepala yang berisi semesta
Ada rasi-rasi bintang yang pulang
Juga peta-peta perjalanan yang tak mungkin lekang
Oleh hujan
Maupun dari lamunan yang dilanda kekeringan
Bogor, 13 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H