Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum Sesi Recovery-Bab 19

12 Juni 2020   20:46 Diperbarui: 12 Juni 2020   20:57 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andalas menanyakan sekali lagi kesanggupan Lian Xi mengemudi seorang diri. Setelah wanita itu mengangguk dengan yakin, Andalas pergi ke kabin belakang untuk meminum kopi dan melepas lelah di sofa panjang yang kelihatan enak sekali buat tidur barang sebentar.

Akiko merasa iba melihat raut muka Andalas yang tidak bisa menyembunyikan kelelahannya. Wanita ini menyodorkan segelas kopi panas sambil menunjuk sofa panjang. Menyuruh Andalas tidur sejenak. Andalas mengangguk penuh terimakasih sambil menghirup kopinya. Matanya terantuk kepada Cecilia yang tersandar lemah di kursi. Menanyakan keadaannya kepada Akiko tanpa bersuara. Akiko melambaikan tangan. Dia akan baik-baik saja. Andalas merebahkan tubuhnya di sofa setelah menghabiskan kopinya. Tapi belum 5 menit dia menikmati sofa yang nyaman, sebuah suara bip panjang dari kokpit membuatnya berjingkat kaget. Buru-buru Andalas pergi ke kokpit dan disambut oleh ucapan Lian Xi.

”Kita tertangkap radar Rusia. Aku agak ketakutan tadi melihat barisan pegunungan tinggi dan memutuskan menaikkan ketinggian pesawat.” Lian Xi berkata penuh penyesalan.

Andalas menepuk bahu Lian Xi untuk menenangkan perasaannya. Mengambil alih kemudi lagi dan menurunkan hidung pesawat untuk kembali terbang rendah. Suara bip panjang itu berhenti ketika Andalas benar-benar terbang sangat rendah. Mode siluman kembali bekerja.

Wilayah Rusia sangat luas. Mereka akan terbang serendah ini selama beberapa jam. Dan pesawat harus dikemudikan secara manual. Andalas menahan keletihannya untuk sementara. Terlalu berbahaya jika sampai dia mengantuk dan lengah di situasi segenting ini.

Sampai akhirnya pesawat memasuki wilayah udara China, barulah Andalas menyerahkan kemudi kepada Lian Xi. Andalas memutuskan untuk benar-benar tidur. 1 jam lagi mereka akan mendarat di Wuhan. Cukuplah untuk memejamkan mata sekejap.

Akiko menggantikan Andalas duduk di kursi pilot. Meskipun tidak tahu cara menerbangkan pesawat namun Akiko penasaran dengan pesawat ini. Pesawat yang dilengkapi persenjataan seperti pesawat tempur dan menggunakan mode siluman yang tak terbayangkan bisa dimiliki oleh pesawat sipil.

Lian Xi hanya melirik sekilas dengan kehadiran Akiko. Pesawat sudah lepas dari mode siluman dan terbang mempergunakan rute sesuai dengan flight plan. Dia tidak perlu terbang rendah.

Akiko menghubungi Luigi via telepon sesuai pesan Andalas sebelum tidur tadi. Mengatakan bahwa tak lama lagi pesawat akan mendarat di Wuhan untuk mengisi bahan bakar. Luigi menjawab bahwa semua sudah diatur di bandara Wuhan. Mereka tidak perlu khawatir. Yang penting mereka jangan turun dari pesawat untuk pergi shopping atau apa. Akiko tertawa geli mendengar jawaban Luigi.

Lian Xi yang juga mendengarkan ikut tertawa terbahak. Untuk wanita seperti mereka, shopping mungkin adalah urusan nomor ke sekian ratus. Bahkan untuk jatuh cintapun mereka tidak akan sempat.

Lian Xi melirik Akiko lalu beralih kepada Andalas yang masih tertidur lelap di belakang. Tapi mereka sempat saja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun