Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Orkestra Pagi

9 Juni 2020   06:53 Diperbarui: 10 Juni 2020   17:49 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi matahari di pagi hari. (sumber: pexels.com)

Ketika badai bertamu di pelataran tempatmu menanam masa lalu 
Biarkan dia berpusar di sana 
Tak perlu kau persilahkan duduk di beranda 

Saat hujan menabuh keramaian di pintu pagar tempatmu melindungi bunga-bunga yang sedang mekar 
Biarkan dia berorkestra di sana 
Kau hanya perlu menyeduh segelas kopi 
Lalu menikmati suguhannya dari serambi 

Manakala sengatan matahari mengikuti kemanapun lebah-lebah sedang menari 
Biarkan panggungnya adalah kenanga dan melati 
Jangan kau usik dengan tegur atau sapa 
Kau hanya perlu menajamkan kelopak mata 
Saat nektar dan rasa manis hilir mudik dibawa 

Jika kau merasa sunyi dari kejauhan mendatangi 
Biarkan saja pintu dan jendelamu terbuka 
Karena di setiap sunyi yang diterima dengan tangan terbuka 
Ada terikut asa yang tidak lagi berahasia 

Kau hanya perlu berdansa dengan pagi 
Untuk mengingat seperti apa laiknya sebuah kehangatan 
Kau hanya perlu berteman dengan ruang-ruang memori 
Untuk melupakan sedih dan teruknya kenangan 

Bogor, 9 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun