Akiko yang sudah bersiaga dalam mode tempur melepaskan diri dari pelukan lalu memandang tak percaya ketika melihat siapa yang tadi memeluknya.
"Andalas!" Akiko menubruk tubuh Andalas. Lelaki yang tidak siap itu tentu saja malah terdorong jatuh bergulingan. Kedua tubuh berpelukan sambil saling dekap di lantai.
Cecilia yang tadi mengikuti pelarian Akiko dari belakang tersenyum maklum di balik kekagetannya melihat Andalas tiba-tiba muncul di tempat ini.
"Kalian sudah selesai kangen-kangenan? Kalau belum aku akan menunggu di ruang penjaga itu sampai tahu apa rencana kita selanjutnya."
Andalas tersentak kaget. Pelukan erat Akiko tadi sungguh membuatnya tenang. Seolah hiruk pikuk di lantai atas hanyalah musik yang mengantarkan pertemuan mereka kembali.
Andalas bangkit berdiri sembari menarik lengan Akiko yang tersenyum manis dan berseri-seri.
"Kalian ikut aku! Akiko ambil 2 senjata penjaga itu." Akiko langsung cemberut mendengar perintah itu. Huh! Menganggu saja!Â
Sebuah ledakan besar mengguncang basement. Andalas terperanjat. Itu pasti ledakan terakhir yang dibuat oleh Marcos dan Brando. Mereka harus cepat!
Ketiganya mengendap-endap saat sampai di lantai dasar markas itu dan menyaksikan situasi masih kacau dengan beberapa petugas berteriak-teriak memberi perintah sedang sebagian besar sisanya bersiaga di tiap-tiap jendela dan pintu.
Andalas menarik tangan Akiko dan melambai ke arah Cecilia. Mereka menyelinap ke lorong samping resepsionis yang nampak kosong. Lelaki itu hanya mengandalkan intuisinya bahwa lorong itu akan membawa mereka ke pintu keluar lain.
Benar saja. Setelah mengikuti lorong yang berliku, mereka sampai di pintu keluar yang nampak dijaga oleh 4 orang petugas.