Menyalalah api!
Di dada yang sebeku tundra ini!
begitu jeritan seorang pengembara
kala terperangkap musim dingin
di suatu masa ketika angin memenjarakan ingin
Terbakarlah dinihari!
Di kesunyian kerajaan ini!
demikian teriakan seorang pengrajin mimpi
yang membawa khayalan beromantika
di tengah-tengah badai tak bermata
Bangkitkan matahari!
di kegelapan yang tenggelam hingga dasar hati!
terdengar geraman seorang penyintas
yang kehabisan batas jelas
antara lamunan dan lanunan
pada ketinggian malam yang merendah tak kelihatan
Tiga bait menyedihkan
bagi orang-orang yang kehilangan keramaian
saat percakapan demi percakapan
meniadakan vokal dan konsonan
hanya gumam-gumam yang lebam
di ujung pertigaan malam
Tiga bait menggembirakan
bagi orang-orang yang menemukan
api dinihari menyala seterang matahari
di dada dan hati mereka
ketika Ramadan berpamit muka
lalu pergi memunggungi sandyakala
Bogor, 20 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H