Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kegetiran Asa

14 Mei 2020   08:18 Diperbarui: 14 Mei 2020   08:18 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seyogyanya judul tulisan ini dibuat dalam puncak rasa romantis karena dinihari kali ini terbangun oleh kehadiran gerimis. Tapi udara yang mampat ternyata membuat bait-baitnya tercekat. Sehingga kata-kata yang semestinya saling memuja, berubah wujud menjadi kecemasan yang meraja.

Bagi sebuah cemara yang setiap harinya berdansa dengan wangi bunga kuning kamboja, berita-berita bertajuk duka menjadi hal biasa. Negeri ini sedang melakukan uji coba. Bagaimana cara terbaik berhadapan dengan airmata.

Di antara samar bau trotoar, tidak ada lagi bau endapan lumpur pejalan kaki. Sudah beberapa lama jalanan menjadi panggung tak bertuan. Tanpa pertunjukan kriminal. Maupun drama-drama kehidupan yang kolosal.

Hari, sedang patah hati. Matahari, mesti menyinari ruang-ruang yang sepi. Hujan, berkelindan di wilayah tanpa percakapan. Dan senyuman, menjadi barang langka yang begitu mahal untuk dijajakan.

Almanak yang angka-angkanya terus berkejaran menjadi sejarah, kemarin adalah hari ini yang menjadi masa silam, hari ini adalah terjemahan bebas dari apa yang disebut kesunyian, dan besok adalah anyaman waktu yang dikatakan menyamak harapan.

Dan asa memang akan selalu ada. Asa adalah satu-satunya yang mesti dijaga. Agar tak lepas dari pandangan mata, lantas kita digolongkan sebagai orang-orang putus asa.

Yang memandang getir atas semua yang masih tersisa.

Bogor, 14 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun