Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum-Bab 42

9 Mei 2020   18:59 Diperbarui: 9 Mei 2020   18:54 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Di mana aku harus mengerjakan bagianku Nak?" Profesor Mbutu bertanya dengan lembut. Dia tidak perlu diyakinkan dengan penjelasan panjang lebar jika ini adalah misi kemanusiaan.

"Laboratorium Pandora Prof. Di sebuah tempat rahasia di Arctic."Cecilia menjawab sambil mengira-ngira seperti apa ekspresi Profesor Mbutu.

"Apakah aku bisa menghubungi keluargaku agar mereka tahu aku baik-baik saja?"Cecilia tidak mengira Profesor Mbutu sama sekali tidak kaget. Cecilia mengangguk. Melanjutkan penjelasan bahwa Profesor Mbutu tidak ditawan atau semacamnya. Dia boleh menghubungi keluarganya kapan saja. Fasilitas komunikasi tersedia lengkap di sana.

Akiko mendengarkan sambil memandangi laut Baltik yang mulai temaram. Senja sudah datang. Dia teringat peringatan Andalas di X-One. Lelaki itu sedang berada di wilayah yang sangat berbahaya. Entah apa yang dikerjakannya di Grozny. Salah satu dari sedikit kota paling berbahaya di dunia.

Ingatan Akiko juga berpusar pada pertarungannya tadi melawan para ninja. Dia tidak mempunyai kesempatan membuka topeng salah satu dari penyerang tersebut tapi dia 100% yakin bahwa mereka adalah orang-orang Jepang. Seandainya dia tadi punya kesempatan melihat punggung atau dada mereka, Akiko yakin akan bisa mengidentifikasi mereka dari klan Yakuza yang mana.

Mengenai Yakuza, sudah pasti mereka adalah anggotanya. Tidak ada sindikasi selain Yakuza di Jepang yang memburu orang hingga sejauh negeri di wilayah Skandinavia. Ada satu hal menakutkan yang merasuki pikiran Akiko. Jangan sampai para penyerang tadi anak buah Hitoshi Nakamura. Ayahnya.

Perjalanan 17 jam ini dimanfaatkan oleh Akiko dan Cecilia untuk istirahat. Profesor Mbutu sendiri dengan tenang berbaring di ranjang kapal feri sambil membaca buku.

Sebelum benar-benar memejamkan mata Cecilia kembali menghubungi Dokter Adli Aslan. Kali ini tanpa Profesor Sato. Saat coba dihubungi via X-One Profesor Sato mengatakan ada peristiwa penting yang terjadi pada Object X. dia harus mengawasinya langsung.

Cecilia sebenarnya sangat penasaran dengan kabar itu. Tapi dia juga paham bahwa Profesor Sato sama sekali tidak bisa diganggu. Cecilia memulai chat dengan Dokter Adli Aslan.

Kami sudah mengamankan Profesor Mbutu. Dia bersedia menjadi bagian dari tim. Mohon penjemputan di Bandara Vantaa Helsinski.

Oke Cecil. Aku akan urus.

Beberapa orang menyerang kami tadi di Stockholm. Menurut penjelasan Akiko berdasarkan informasi dari Andalas, para penyerang adalah suruhan Organisasi.

Oke Cecil. Andalas sedang mengurus Organisasi. Dia sedang berada di Grozny.

Menurutmu apa yang harus kami kerjakan setelah mengantar Profesor Mbutu ke Helsinski?

Pergilah kalian berdua ke Jenewa. Aku perlu bantuan dari kalian di sini. Marc rupanya terus menekanku dengan menggunakan jaringan diplomatik yang dia punya. Ada kemungkinan aku diturunkan sebagai Direktur Jenderal WHO karena Mosi Tidak Percaya yang bertubi-tubi datang dari beberapa negara.

Baik Dokter. Kami akan terbang ke Jenewa dari Helsinki besok sore.

Cecilia menutup X-One. Dilihatnya Akiko sudah tertidur pulas di ranjang atas. Profesor Mbutu juga terbaring lelap dengan buku terbuka yang menutupi wajahnya.

Cecilia menguap. Berharap tidur nyenyak dan tidak lagi didatangi mimpi tentang kota-kota yang diisolasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun