Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Relikui Malam

1 Mei 2020   22:04 Diperbarui: 1 Mei 2020   22:08 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan yang datang malam ini
membawa serta angin dingin
dari kutub-kutub hati
yang saling berjauhan
karena jarak sedang dipangkas
oleh sedikit kekacauan

Namun malam menciptakan relikuinya sendiri
berupa kegelapan yang menjelma
sebagai relief-relief sempurna
dari begitu banyaknya rahasia.
sementara kita merasa
sudah tahu segalanya
karena mengaku mempunyai sel-sel otak
yang bisa mengemudikan peradaban
kemana saja.
Padahal kita sedang tidak kemana-mana
berdiam di tempat
dengan raut muka terheran-heran
melihat bumi telah sedemikian berantakan.

Saat kita menyadari
bahwa kita menjadi biang dan inang
dari segala macam kerusuhan di dunia
barulah kita berusaha kembali berkaca
di cermin dengan permukaan retak
karena sengaja kita tetak
supaya kita tidak mengetahui
mimik wajah kita yang sebenarnya
begitu langit dan bumi mulai memalingkan muka
dan pergi meninggalkan kita

Sudah waktunya
bagi kita
untuk menghentikan segala macam cara
bagaimana melukai bumi
atau membuat sakit langit
lalu kembali menggunakan hati
dalam membuat keputusan
sebelum benar-benar ditenggelamkan
hingga ke dasar
yang tak bisa ditemukan

Bogor, 1 Mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun