Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum-Bab 22

27 April 2020   04:50 Diperbarui: 27 April 2020   04:44 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab 21

Sungai Zaire, 0.600 S, 17.770 E
Speedboat Anakonda

Terimakasih! Suara Cecilia nyaris lenyap ditelan deru mesin speedboat dan arus Sungai Zaire.

Cecilia mencoba bersikap ramah kepada penolong mereka,"Apakah kau Andalas?"lelaki itu menggangguk tipis.

"Kau hebat! Apakah 2 orang yang hanyut tadi pingsan?"Lelaki itu menjawab pendek,"mati!"

Cecilia tidak mau bertanya lagi. Dokter Adli mengirim pengawal tak berjantung.

"Seharusnya kau jangan membunuh mereka! Mereka hanyalah preman pelabuhan."Cecilia tidak tahan untuk tidak memprotes.

Andalas menoleh sekilas. Raut mukanya sedingin es.

"Kalau aku tidak cepat-cepat tadi, kalian sudah terbunuh oleh beberapa orang lain yang sedang mengincar nyawa kalian. Termasuk 2 sniper yang bersembunyi di perahu kecil berwarna hijau."

Kali ini Akiko yang nampak tertarik. Cecilia sedikit heran dengan sikap Akiko yang sepertinya sama sekali tidak shock dengan kejadian di pelabuhan tadi. Dokter muda itu terlihat tenang. Terlalu tenang.

"Kau tahu siapa mereka Andalas?"

"Tidak. Tapi aku rasa mereka sangat terorganisir. Preman-preman tadi sengaja disewa agar terlihat bahwa pembunuhan kalian adalah sebuah peristiwa perampokan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun