Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Almanak Kesepian

23 April 2020   19:13 Diperbarui: 23 April 2020   19:12 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berada
pada sebuah malam
di sebuah gerbang waktu
orang-orang menyebutnya Ramadan
aku menyebutnya almanak kesepian
yang kehilangan banyak hal dan kejadian
mulai dari hingar-bingar dan kericuhan
hingga huru-hara, sandiwara dan kecemasan

Orang-orang
memilih meletakkan hatinya
di nampan yang telah dicuci
menggunakan air hujan
dan bukan memakai aliran selokan

Orang-orang
mengurung wajah-wajah murung
jauh di dalam ruang-ruang lengang
karena saat ini
keramaian akan banyak dihadirkan oleh petang

Orang-orang
mengunci sajak dan puisi
yang lahir dari
rahim kegeraman
di kedalaman labirin, paling tersembunyi

Orang-orang
menuliskan sajak dan puisi
tentang doa-doa
yang mengalir bersama udara
menuju barisan Malaikat
yang sedang ada di mana-mana

Aku berada
di sebuah tempat
ketika pendulum bergerak lambat
dan tidak salah alamat
karena almanak apapun kali ini
menyajikan angka-angka
tentang jumlah laring suara yang sedang mengaji
dengan lantunan nada tinggi
dari kitab yang tak berubah semenjak zamannya bermula
meskipun bumi sedang mengkarantina
apa yang disebut sebagai
kubangan airmata

Bogor, 23 April 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun