Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Setangkai Melati yang Berperkara

15 April 2020   20:00 Diperbarui: 15 April 2020   19:56 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://as1.ftcdn.net

Aku dulu rasanya pernah berjanji. Membawakanmu setangkai melati yang mekar pagi tadi. Aku tahu kau menyukainya. Meskipun banyak yang berkata, bahwa wangi melati itu dilahirkan dari rahim perkara.

Entah perkara apa. Tapi yang aku tahu mungkin malah wanginya berprahara. Karena sanggup meniupkan badai kerinduan. Hingga ke sungsum tulang belakang.

Mungkin perkataan orang-orang itu ada benarnya. Lihat, aku sekarang dikepung hujan yang bersamsara. Padahal aku sedang berkemarau dengan waktu senggang. Menyimpannya di ruang-ruang lengang. Untuk kelak bisa mengingatkanmu tentang bahasa pulang.

Aku sedang tak ingin menjadi romantis. Gerimis ini diaransemen terlalu ritmis. Aku kehilangan riak-riak pemberontakan. Ketika hujan deras jatuh berantakan namun berhasil membuat irama yang menyuntikkan adrenalin seluas lautan.  

Perihal yang sebenarnya, aku mau menjadi sepenyamun para lanun yang membebat lukanya dengan sirip ikan terbang. Lalu memacu perahu sekencang suara gelombang.

Tapi ini lebih dari sesungguhnya. Aku adalah perkara. Dan kau lah setangkai melatinya.

Bogor, 15 April 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun