Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Berdiam di Sudut Benak

14 April 2020   07:07 Diperbarui: 14 April 2020   07:33 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku sedang kehabisan pranala
padahal aku ada
di halaman buku yang terbuka
aku ingin menautkan sedikit pesan
tentang kerinduan
yang pernah dirasakan Rumi
terhadap sekian banyak filosofi
yang dibuat saat dirinya, terperangkap sepi
namun dianggapnya sebagai
berwisata ke mata badai

Tapi aku tak kehabisan kata-kata
kali ini aku mendapatkannya
bukan dari tubuh hujan
namun dari kesaksian awan
yang berkali-kali menyaksikan
sekaligus mendengarkan
tembang-tembang Sunan Kalijaga
yang dinyanyikan Emha
secara sempurna

Bumi dan laut bukan milikku
aku tidak berhak mengambil satu buihpun ombak, untuk puisiku
namun aku meminta ijin
mengawani angin
pergi ke bait-bait yang kedinginan
dari rima-rima yang kesepian
untuk meletakkan sepotong matahari
dari sepenggal coretan Umbu Landu Paranggi

Aku sesungguhnya bukan penyair
aku hanya sedang mempelajari sihir
atas cipratan ludah
para pujangga yang kehilangan lidah
dan aku akan tertidur dengan nyenyak
berdiam di sudut-sudut benak

Bogor, 14 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun